Pengamat politik luar negeri, Dewi Fortuna Anwar (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com)
Pengamat politik luar negeri, Dewi Fortuna Anwar (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com)

Pengamat: Calon Menlu AS Sosok yang Visioner

Sonya Michaella • 12 Januari 2017 18:37
medcom.id, Jakarta: Calon Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pilihan Donald Trump, Rex Tillerson baru saja mengatakan, dirinya akan melarang Tiongkok untuk memasuki wilayah Laut China Selatan. Pernyataan ini dikatakan Tillerson saat Parlemen AS mewawancarai dirinya.
 
Pernyataan ini disinyalir akan membuat Tiongkok berang. Namun, pengamat politik luar negeri, Dewi Fortuna Anwar melihat pernyataan ini sebagai bukti bahwa AS tidak akan lepas perhatian kepada wilayah Asia Timur, khususnya Laut China Selatan. 
 
 
"Saya kira itu sudah merupakan pandangan awal AS dalam pemerintahan Trump di mana AS tidak akan membiarkan satu negara pun menguasai Laut China Selatan," ujar Dewi ketika ditemui di The Habibie Center, Jakarta Selatan, Kamis (12/1/2017).
 
Sebagaimana diketahui, Tiongkok mengklaim 90 persen atau hampir seluruh bagian dari Laut China Selatan adalah miliknya. Bahkan, Tiongkok menyatakan kepemilikan perairan strategis tersebut sudah ada dari beribu tahun yang lalu.
 
"Jika Tillerson memang menyatakan hal seperti itu, ya itu berarti AS tetap fokus pada wilayah Asia.  Karena kan awalnya banyak yang khawatir AS akan tidak terlalu fokus kepada Asia sejak Trump terpilih," tuturnya lagi.
 
Dewi berpendapat, mantan bos ExxonMobil ini adalah sosok yang pragmatis, visioner, dan tidak inward looking, terlihat dari gaya berbicara dan profesi sebelumnya sebagai pebisnis di bidang perminyakan.
 
"Menurut saya, siapapun presidennya, siapapun menlunya, AS akan tetap mempertahankan kebijakan freedom navigation-nya di Laut China Selatan," tukas Dewi.
 
Meminimalkan potensi konflik
 
Menurut penuturan Dewi, calon menlu pilihan Trump ini adalah sosok yang selalu menganalisis risiko terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan, memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalisir potensi konflik.
 
"Seorang CEO perusahaan besar kan harus seperti itu. Ia harus mempertimbangkan risiko sebelum mengambil suatu keputusan. Saya kira dia akan mengaplikasikan hal itu saat menjabat nanti," ungkap Dewi.
 
 
Dewi juga berharap bahwa menlu baru AS ini sudah paham bagaimana cara berhubungan baik dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.
 
"Ini bisa jadi harapan baru dan orang ini bisa lebih fokus ke perdamaian. Dan saya harap, ia bisa mempelajari secara cepat bidang-bidang yang harus dihadapi," pungkas Dewi.
 
Tillerson adalah mantan CEO ExxonMobil yang akan menjadi menlu AS tanpa pengalaman politik sedikit pun. Berbeda dengan menlu-menlu AS sebelumnya seperti John Kerry dan Hillary Clinton yang memang datang dari latar belakang politik dan paham dengan situasi juga kebijakan luar negeri AS.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan