(Baca: Dubes Malaysia: Pembunuh Adelina Diancam Hukuman Mati).
"Saya katakan sebenarnya Indonesia sejak awal, posisinya mendorong agar MoU Indonesia-Malaysia yang sudah habis bisa diperbaharui. Cuma, selama ini Malaysia itu responsnya agak lambat," ucap Hanief saat ditemui usai pertemuan dengan Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohammed di kantornya, Jakarta, Jumat 2 Maret 2018.
"Sudah saya sampaikan terbuka (kepada Dubes Malaysia)," imbuhnyna.
Hanief mengaku sudah dua kali surat dari Kementerian Luar Negeri RI mengenai pembahasan MoU Ketenagakerjaan dikirimkan ke pihak Negeri Jiran, namun belum ada balasannya.
"Indonesia dari awal mendorong terus untuk memperbaiki MoU yang ada antara Indonesia-Malaysia yang sudah habis pada 2016. MoU ini untuk sekaligus menindaklanjuti kesepakatan One Channel System," ungkap Hanief.
Dia menuturkan One Channel System harusnya dibentuk dua negara karena sistem ini harus sejalan. "It takes two to tango," tegasnya.
(Baca: Polisi Malaysia Selidiki Agen yang Membawa Adelina).
Mendapat kritikan dari Indonesia, Hanief mengatakan Dubes Zahrain mengucapkan terima kasih karena telah memberikan informasi tersebut. Dia menduga sang dubes tidak mengetahui hal ini, pasalnya Kemenaker selalu bekerja dengan kementerian terkait di Malaysia.
Menurut dia, kritikan tersebut harusnya menjadi tantangan bagi sang dubes.
MoU Ketenagakerjaan Indonesia-Malaysia sudah dua tahun lalu berakhir, tepatnya pada akhir 2016. Pihak Indonesia menuturkan sudah mendorong adanya pembicaraan untuk memperbaharui MoU tersebut, namun respons pemerintah Malaysia dinilai lamban.
Sementara itu, pihak Malaysia hendak mengundang Menteri Hanief dan jajaran terkait untuk membahas masalah tersebut. April mendatang, Menteri Hanief akan memenuhi undangan dari Wakil Perdana Menteri Malaysia untuk membahas masalah terkait MoU tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News