Penutupan selama dua minggu ini dilakukan untuk mengurangi perjalanan, menghemat bensin dan solar, dan cadangan bahan bakar yang lekas menipis, ketika Dana Moneter Internasional (IMF) membuka pembicaraan dengan Kolombo tentang kemungkinan bailout. Hanya rumah sakit dan pelabuhan laut dan udara utama di ibu kota yang masih beroperasi.
Baca: PM Ranil: Ekonomi Sri Lanka Benar-Benar Kolaps!
Sri Lanka bangkrut, karena janji kampanye Gotabaya Rajapaksa?
Kebangkrutan Sri Lanka ini dihubungkan dengan janji dari presiden terpilih, Gotabaya Rajapaksa. Menjelang pemilihan November 2019, Gotabaya mengusulkan pemotongan pajak besar-besaran sehingga pemerintah petahana mengira itu pasti gimmick kampanye.Menteri Keuangan saat itu, Mangala Samaraweera, mengadakan briefing untuk menyerang janji "berbahaya" yakni mengurangi pajak pertambahan nilai dari 15 persen menjadi 8 persen dan menghapus pungutan lainnya.

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa. Wikimedia Commons
Baginya, Sri Lanka mengumpulkan pendapatan yang relatif lebih sedikit daripada hampir semua negara lain, dan beban utangnya yang tinggi telah memaksanya untuk mencari uang tunai dari IMF.
"Jika proposal ini diterapkan seperti ini, tidak hanya seluruh negara akan bangkrut, tetapi seluruh negara akan menjadi Venezuela lain atau Yunani lain," ia mengingatkan, dilansir dari Aljazeera.
Butuh sekitar 30 bulan agar prediksinya menjadi kenyataan. Apalagi, ditambah ada perang Rusia dan Ukraina, pandemi covid-19, dan inflasi yang tinggi.