Regu penyelamat India berpacu dengan waktu selamatkan pekerja yang terjebak di terowongan. Foto: AFP
Regu penyelamat India berpacu dengan waktu selamatkan pekerja yang terjebak di terowongan. Foto: AFP

Waktu Habis bagi Warga India yang Terjebak Bencana Gletser

Fajar Nugraha • 10 Februari 2021 16:05
Tapovan: Waktu hampir habis untuk menyelamatkan puluhan orang yang terperangkap di dalam terowongan tiga hari setelah banjir bandang dahsyat yang kemungkinan disebabkan oleh semburan gletser di utara Himalaya, India.  Regu penyelamat terus berpacu dengan waktu.
 
Lebih dari 170 orang masih hilang setelah rentetan air dan puing-puing menerjang dengan kecepatan yang mengerikan dan aliran listrik menuruni lembah pada Minggu pagi. Bencana itu menyapu jembatan dan jalan serta menghantam dua pembangkit listrik tenaga air.
 
Baca: Cerita Pekerja PLTA India Terjebak di Terowongan Banjir.

“Sejauh ini 32 mayat telah ditemukan,” kata para pejabat India seperti dikutip The Straits Times, Rabu 10 Februari 2021.
 
“Mungkin perlu waktu berhari-hari untuk menemukan lebih banyak mayat di bawah berton-ton batu dan puing-puing lainnya serta lapisan tebal lumpur abu-abu,” sebutnya.
 
Hingga saat ini 25 mayat belum diidentifikasi. Banyak dari korban adalah pekerja miskin yang tinggalnya ratusan kilomater jauhnya di bagian lain India. Bahka mungkin saja pihak keluarga tidak tahu keberadaan para pekerja.
 
Fokus utama dari operasi penyelamatan besar-besaran, yang berlangsung siang dan malam sejak Minggu, adalah sebuah terowongan di dekat pembangkit listrik tenaga air yang rusak parah yang sedang dibangun di Tapovan di negara bagian Uttarakhand.
 
Para pekerja di sana telah berjuang melewati ratusan ton lumpur, batu besar, dan rintangan lain untuk mencoba menjangkau 34 orang yang diharapkan penyelamat masih hidup di kantong udara.
 
"Seiring berjalannya waktu, kemungkinan menemukan mereka berkurang. Tapi keajaiban memang terjadi," ucap Piyoosh Rautela, seorang pejabat senior bantuan bencana negara kepada AFP.
 
"Hanya ada banyak yang bisa dilakukan seseorang. Kita tidak bisa mendorong beberapa buldoser bersama-sama. Kami bekerja sepanjang waktu - kawan, mesin kita semua bekerja sepanjang waktu. Tapi jumlah puing sangat banyak sehingga akan terbuang percuma. butuh waktu beberapa saat untuk menghapus semua itu,” imbuh Rautela.
 

 
Vivek Pandey, juru bicara polisi perbatasan mengatakan kepada Times of India bahwa jika 34 masih hidup, kekhawatiran terbesar adalah hipotermia, "yang bisa berakibat fatal dalam kondisi seperti itu".
 
Di luar terowongan ada tim medis yang siaga dengan tabung oksigen dan tandu, serta kerabat yang cemas.
 
Shuhil Dhiman, 47, mengatakan bahwa saudara iparnya Praveen Diwan, seorang kontraktor swasta dan ayah tiga anak, masuk ke terowongan pada Minggu pagi bersama tiga orang lainnya saat banjir melanda.
 
"Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kami pergi ke dekat terowongan tetapi ada ton lumpur yang keluar. Terowongan itu memiliki kemiringan yang tajam dari lubangnya dan saya pikir air dan lumpur telah masuk jauh ke dalam," sebut Shuhil Dhiman kepada AFP.
 
"Saya berharap pihak berwenang melakukan yang terbaik tetapi situasinya di luar kemampuan siapa pun,” ucapnya.
 
Bencana tersebut disebabkan oleh pencairan gletser yang cepat di wilayah Himalaya yang disebabkan oleh pemanasan global.
 
Kegiatan pembangunan bendungan, pengerukan dasar sungai untuk pasir dan penebangan pohon untuk jalan baru -,beberapa untuk memperkuat pertahanan di perbatasan Tiongkok,- adalah faktor lain penyebab banjir bandang itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan