Abu Bakar Ba’asyir dijadwalkan bebas murni pada 8 Januari 2021. Foto: Ist
Abu Bakar Ba’asyir dijadwalkan bebas murni pada 8 Januari 2021. Foto: Ist

Keluarga Korban Bom Bali di Australia Khawatirkan Bebasnya Abu Bakar Ba’asyir

Medcom • 08 Januari 2021 06:59
Canberra: Beberapa anggota keluarga di Australia dari korban yang tewas dalam peristiwa bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatiran mengenai bebasnya Abu Bakar Ba’asyir. Ba'asyir dianggap sebagai tokoh yang mendorong aksi terorisme.
 
Sosok Ba’asyir dianggap sebagai pemimpin spiritual Jemaah Islamiyah (JI), kelompok yang melakukan serangan di Kuta, Bali dan menewaskan 202 orang, 83 di antaranya warga Australia. Namun Ba’asyir dipenjara karena tuduhan yang terpisah yang tidak ada hubungannya dengan bom Bali.
 
Baca: Abu Bakar Ba'asyir Tinggalkan Lapas Tanpa Pengawalan.

Putra dari Sandra Thompson, Clint Thompson yang berusia 29 tahun adalah salah satu dari 88 warga Australia yang tewas dalam ledakan bom tersebut.
 
Sandra Thompson mengatakan bahwa Ba’asyir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.
 
"Orang ini membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya," kata Sandra kepada ABC, dari rumahnya di negara bagian New South Wales.
 
"Dia tidak membunuh satu orang, dia membunuh 202,” tegas Sandra.
 
Clint Thompson ketika itu sedang berada di Bali untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins. Mereka berada di Sari Club ketika terjadi ledakan yang menewaskan enam anggota tim rugby tersebut.
 
Dalam waktu yang bersamaan juga terjadi ledakan bom di Paddy's bar dan di luar konsulat Amerika Serikat di Denpasar. Serangan itu juga membuat 209 orang lainnya mengalami cedera dan merupakan peristiwa di mana warga Australia menjadi korban terbanyak dalam sebuah serangan teror.
 
Pada 2008 Abu Bakar Ba’asyir dipenjara dengan tuduhan berkomplot melakukan serangan di Bali, namun hukuman tersebut dibatalkan di tingkat banding. Kemudian di 2011, Ba’asyir dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena hubungannya dengan kamp pelatihan kelompok militan di Aceh, dan setelah mendapatkan beberapa kali pengurangan hukuman, sekarang masa penahanannya sudah berakhir.

Akan kembali menyebarkan kebencian

Sandra Thompson mengatakan, meski peristiwa ledakan bom Bali itu sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Ba’asyir masih tetap berbahaya.
 

 
"Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya," kata Sandra.
 
"Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar. Jadi bukankah dia bisa saja kembali mengajarkan anak-anak muda Muslim mengenai kebencian lagi?,” ucapnya.
 
Baca: Abu Bakar Ba'asyir Akan Jalani Program Deradikalisasi.
 
Seorang pria yang tinggal di Melbourne Jan Laczynski berada di sekitar lokasi kejadian di Bali ketika itu namun kemudian kembali ke hotelnya lebih awal. Ia juga mengkhawatirkan rencana pembebasan Ba’asyir.
 
Jan Laczynski kehilangan lima rekannya dalam peristiwa tersebut dan dia mengkhawatirkan Ba’asyir akan kembali berdakwah dan menyebarkan kebencian lagi setelah dia dibebaskan.
 
"Saya khawatir ini akan menjadi awal dari tindak terorisme di masa depan yang akan terjadi lagi, mengingat kekejaman yang dilakukannya di masa lalu," katanya kepada ABC.
 
Jan Laczynski mengatakan bahwa mayoritas warga Indonesia adalah orang yang baik namun khawatir ada 'satu persen' orang yang akan terpengaruh dengan ajaran Ba’asyir.
 
"Dia tidak boleh diizinkan untuk langsung masuk ke mesjid dan menyampaikan ujaran kebencian, dia tidak boleh diizinkan menggunakan pengeras suara di tengah orang banyak sehingga dia bisa menyebarkan kebencian," katanya.
 
"Dia orang jahat, dia membantu mengkoordinasikan kebencian terhadap Australia dan dia harus terus diawasi,” imbuhnya.

Australia mendesak Indonesia mengawasi Bashir

Abu Bakar Bashir rencananya dibebaskan Jumat pada pukul 5.12 pagi dan dalam tanggapannya pemerintah Australia meminta pemerintah Indonesia untuk terus mengawasi pergerakan Bashir.
 
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan Australia selalu menyerukan agar mereka yang terlibat mendapatkan hukuman yang berat, adil, dan proporsional namun menghormati kedaulatan dan sistem hukum di Indonesia.
 
"Kedutaan kami di Jakarta sudah menyampaikan keprihatinan agar individu seperti ini bisa dicegah untuk menghasut orang lain melakukan serangan di masa depan terhadap warga sipil yang tidak bersalah," kata Paynye dalam sebuah pernyataan.
 

 
Sydney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict di Jakarta mengatakan Ba’asyir secara fisik mungkin akan bebas namun polisi akan "terus memantau seluruh pergerakannya."
 
"Saya yakin mereka akan mengawasi rumah dan pondok pesantrennya," katanya.
 
"Pengawasan itu tidak akan berakhir dalam waktu dekat, dan juga pihak berwenang bisa menggunakan protokol kesehatan covid-19 untuk mencegah kumpulan massa dalam jumlah besar,” tutur Jones.

Apakah pengaruh Ba’asyir sudah menurun?

Sydney Jones mengatakan, dia memahami kekhawatiran sebagian orang mengenai pembebasan Ba’asyir namun menurutnya pengaruhnya saat ini sudah semakin berkurang.
 
"Saya kira pembebasan Ba’asyir tidak akan membuat perbedaan besar dalam soal risiko serangan teroris atau bahaya ekstremisme di Indonesia," katanya.
 
"Saya kira orang ini masih dianggap sebagai sesepuh dalam gerakan ekstremis, namun dia tidak berada dalam posisi untuk benar-benar mempengaruhi sebuah gerakan,” menurut Jones.
 
Sydney Jones mengatakan masih ada orang-orang lain "yang lebih muda dan lebih karismatik sekarang ini, dan mereka yang lebih ekstrem dibanding Ba’asyir lebih berbahaya."
 
Sandra Thompson masih khawatir Ba’asyir akan terus punya pengaruh, tetapi juga mengatakan dia ingin melangkah maju.
 
"Saya tidak akan membiarkan kebencian dan teror itu menghancurkan kenangan saya pada Clint," katanya.
 
"Clint adalah orang yang baik, dia sangat disukai dan dia tidak ingin saya menaruh amarah dan kebencian selama bertahun-tahun ini atas apa yang terjadi - dan saya tidak akan melakukannya, saya menolak melakukannya,” pungkas Thompson.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan