Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin. Foto: FMPRC
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin. Foto: FMPRC

Tiongkok: Tuduhan Pemerkosaan Massal Perempuan Uighur Hanya Laporan Palsu

Fajar Nugraha • 04 Februari 2021 09:56
Beijing: Seorang warga etnis Uighur Tursunay Ziawudun kepada media Inggris, BBC menyebutkan bahwa ada pemerkosaan massal yang dialami perempuan Uighur di dalam kamp reedukasi di Xinjiang. Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah tuduhan tersebut.
 
Baca: Perempuan Uighur Derita Pemerkosaan Massal di Tempat Reedukasi Xinjiang.
 
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin menyebutkan bahwa kabar tersebut tak lebih sebagai laporan palsu. Hal ini disampaikan Wang dalam keterangan kepada pers pada 3 Februari 2021.

“Saya tidak tahu apakah Anda telah memperhatikan atau tidak bahwa pemerintah Daerah Otonomi Uighur Xinjiang mengadakan konferensi pers lagi belum lama ini. Saya ingin mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya BBC membuat beberapa laporan palsu tentang Xinjiang, dan setiap kali kami menyangkal klaim palsu dan membereskan situasinya,” ujar Wang, dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri Tiongkok, 4 Februari 2021.
 
“Saya harus menekankan bahwa sejauh ini, Tiongkok telah menerbitkan delapan buku putih terkait Xinjiang, dan pemerintah Daerah Otonomi Uighur Xinjiang telah mengadakan lebih dari 20 konferensi pers, menunjukkan dengan angka rinci dan contoh bahwa orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang hidup dalam damai dan kepuasan, persatuan dan harmoni, dan bahwa semua hak hukum mereka dijamin secara efektif,” jelas Wang.
 
Menurut Wang dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 1.200 diplomat, jurnalis, dan perwakilan kelompok agama dari lebih 100 negara telah mengunjungi Xinjiang. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri persatuan, harmoni, kegembiraan dan kedamaian orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang.
 
“Laporan tentang dugaan pelanggaran hak-hak perempuan di Xinjiang yang disebutkan tidak memiliki dasar faktual sama sekali. Seperti yang saya katakan, beberapa narasumber ternyata adalah aktor yang menyebarkan informasi palsu,” tegas Wang.
 
Wang kemudian menambahkan beberapa fakta tentang Xinjiang. Pada Juli 2019, lebih dari 50 perwakilan tetap negara di Jenewa mengirim surat bersama kepada Presiden Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) dan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia memuji upaya kontra-terorisme dan deradikalisasi Tiongkok serta perlindungan hak asasi manusia.
 
Kemudian pada Oktober 2019, lebih dari 60 negara berbicara pada sesi Komite Ketiga dari PBB ke-74 yang memuji kemajuan luar biasa dalam perjuangan hak asasi manusia Xinjiang. Pada Juli 2020, 46 negara menyampaikan pidato bersama pada sesi ke-44 UNHRC untuk mendukung posisi, praktik, dan kemajuan Tiongkok dalam masalah yang berkaitan dengan Xinjiang.
 
Sedangkan pada Oktober 2020, hampir 50 negara mengakui tindakan yang telah diambil China di Xinjiang ketika Komite Ketiga PBB ke-75 meninjau masalah yang relevan. Juga pada Oktober 2020, 20 diplomat negara Arab di Tiongkok dan delegasi Liga Arab mengunjungi Xinjiang.
 
“Setelah perjalanan, mereka semua memuji kemajuan kawasan dalam penanggulangan terorisme dan deradikalisasi, perlindungan kebebasan beragama, promosi pertumbuhan ekonomi dan mata pencaharian,” sebut Wang.
 
“Kami berharap media yang relevan akan memberikan fakta dan menghentikan fitnah yang tidak berdasar terhadap Tiongkok pada masalah terkait Xinjiang,” tegasnya.
 
Tuduhan pemerkosaan massal disampaikan oleh Tursunay Ziawudun dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 3 Februari. Ziawudun, yang melarikan diri dari Xinjiang setelah dibebaskan sekarang berada di AS.
 
Dia mengatakan para perempuan dikeluarkan dari sel "setiap malam" dan diperkosa oleh satu atau lebih pria bertopeng. Dalam keterangan dia menyebutkan disiksa dan kemudian diperkosa beramai-ramai sebanyak tiga kali, setiap kali oleh dua atau tiga pria.
 
BBC mengatakan, tidak mungkin untuk memverifikasi keterangan Ziawudun sepenuhnya karena pembatasan ketat yang diberlakukan Tiongkok pada wartawan di negara itu. Tetapi dokumen perjalanan dan catatan imigrasi yang dia berikan kepada BBC menguatkan garis waktu ceritanya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan