Pernyataan Taiwan seputar balon mata-mata Tiongkok tersebut menjadi salah satu berita terpopuler di kanal internasional Medcom.id pada Kamis, 16 Februari 2023.
Dua berita terpopuler lainnya adalah pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai skala gempa Turki-Suriah dan seputar ketahanan sumber daya air di Tibet.
Berikut selengkapnya:
Taiwan Akan Tembak Jatuh Balon Mata-Mata Tiongkok Jika Memang Melintas
Komentar Taiwan seputar Tiongkok disampaikan ketika Amerika Serikat (AS) telah menemukan puing-puing penting dari balon udara yang ditembak jatuh di lepas pantai Carolina Selatan beberapa waktu lalu.Selasa kemarin, militer Taiwan mengatakan bahwa sejauh ini semua balon Tiongkok yang terdeteksi di wilayah udara Taiwan adalah balon cuaca dan tidak mengancam keamanan nasional.
Mayor Jenderal Huang Wen-chi, Asisten Deputi Kepala Staf Umum Intelijen Taiwan, mengatakan bahwa jumlah balon yang terdeteksi dari Tiongkok saat ini masih sesuai dengan jumlah balon cuaca yang dikirimkan Beijing pada setiap tahunnya.
Apa lagi yang disampaikan Taiwan terkait hal ini? Cek selengkapnya di sini.
WHO: Gempa Turki-Suriah Jadi Bencana Terburuk Sejak 1 Abad Terakhir
Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge, mengatakan bahwa gempa bumi kuat yang melanda Turki tengah dan Suriah barat laut pada awal Februari ini merupakan bencana alam terburuk di wilayah WHO Eropa sejak satu abad terakhir. Wilayah yang dimaksud mencakup 53 negara Eropa dan Asia Tengah, termasuk Turki."Kami masih mempelajari besarnya skala kerusakan serta kerugian (dari gempa Turki-Suriah). Angka sebenarnya belum dapat diketahui," kata Kluge.
Hingga Rabu kemarin, angka kematian gabungan dari kedua negara menembus 41.000.
Apa lagi yang disampaikan WHO terkait gempa besar di Turki dan Suriah? Cek selengkapnya di sini.
Ketahanan Sumber Daya Air Tibet Terancam Proyek Tiongkok
Ancaman serius menghantui ketahanan sumber daya air di Tibet dan kawasan Asia Selatan. Hal itu terlihat dari sejumlah danau hingga gletser atau bongkahan es yang menghilang."Dalam masalah Tibet, selama bertahun-tahun kita telah melihat hilangnya ribuan danau, munculnya gurun, hilangnya gletser, yang diperkirakan akan hilang hingga 50 persen pada tahun 2050," kata Associate Profesor Universitas Binus Dinna Prapto Raharjo yang dikutip dalam Webinar Internasional bertajuk "Fighting for Independence Continues in Tibet Through Chinese Repression," pada Senin 13 Februari 2023 lalu.
Menurut Dinna, ancaman ini berkaitan dengan hegemoni atau pengaruh Tiongkok selama puluhan tahun di Tibet. Pasalnya, Tiongkok memiliki proyek pembangkit listrik tenaga air yang diyakini berpengaruh pada pasokan air di kawasan Asia Selatan tersebut.
Apa lagi yang disampaikan Dinna terkait isu sumber daya air di Tibet ini? Cek selengkapnya di sini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News