Sekilas lain dari tangan politiknya telah menimbulkan kekhawatiran. Beberapa kritikus mengatakan Suga adalah arsitek di balik beberapa kebijakan impulsif Abe yang lebih otoriter, termasuk konsolidasi kekuasaannya atas birokrasi Jepang yang luas dan penggunaan taktik untuk membungkam kritik di media berita.
“Saya pikir Suga lebih berbahaya daripada Abe,” Kihei Maekawa, mantan wakil menteri pendidikan, mengatakan pada The Sunday Mainichi.
Dengan Suga sebagai perdana menteri, Maekawa meramalkan, "birokrat akan menjadi pelayan atau bertindak sebagai militer swasta" di bawah kantor perdana menteri.
“Lebih buruk daripada di era Abe,” ungkap Maekawa.
Satu pertanyaan utama adalah berapa lama Suga akan bertahan. Apakah dia akhirnya menjadi pemimpin sementara atau tetap tinggal setelah pemilihan umum kemungkinan akan bergantung pada tanggapannya terhadap tantangan langsung seperti pandemi, Olimpiade Tokyo yang ditunda, dan meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok.
Ada desas-desus bahwa Suga dapat mengadakan pemilihan cepat segera setelah dia mengambil alih jabatan perdana menteri. Jika berhasil, dia bisa memperkuat popularitasnya. “Jika tidak. Mungkin dia hanya pemimpin sementara, Dan mereka akan membuat kejutan yang lebih muda, wajah yang lebih menarik untuk mengikuti pemilihan umum,” tutur Ken Hijino, seorang profesor hukum di Universitas Kyoto,
Untuk saat ini, publik mendukung Suga. Lebih dari 50 persen dari mereka yang disurvei dalam jajak pendapat nasional pekan lalu mendukungnya untuk menjadi perdana menteri. Pelantikan Yoshihide Suga dijadwalkan akan berlangsung pada Rabu 16 September 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News