Wuhan: Awal 2020, pandemi virus korona mulai menunjukkan penyebaran masif. Ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada akhir 2019, virus korona diberikan nama resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Setelah selama ini disebut dengan Novel Coronavirus (2019-nCoV). WHO menyebut varian baru virus ini sebagai covid-19.
"Sekarang ada nama baru untuk penyakit ini, dan itu adalah covid-19," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Februari.
Peneliti telah meminta otoritas terkait untuk segera menetapkan nama resmi dari Novel Coronavirus untuk menghindari kebingungan dan stigmatisasi terhadap grup atau negara tertentu.
Nama covid-19 diambil dari kata 'corona', 'virus' dan 'disease'. Sementara angka 19 merepresentasikan tahun saat virus baru itu pertama kali muncul. WHO mencatat covid-19 muncul pada 31 Desember 2019.
Pada Februari ada ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kota Wuhan yang menjadi pusat pandemi di Tiongkok. Mereka minta dipulangkan di saat Tiongkok menerapkan lockdown atau pembatasan aktivitas penuh.
Sebanyak 241 WNI dari Provinsi Hubei, Wuhan, Tiongkok ikut dalam proses evakuasi ini. Begitu tiba di Tanah Air, WNI tersebut dibawa terlebih dahulu di Natuna, Kepulauan Riau untuk pemeriksaan kesehatan sekaligus karantina.
Sebelum jadwal pemulangan ditetapkan KBRI Beijing juga sudah kirim logistik dan diterima oleh WNI di Wuhan. Pemerintah pun saat itu menyediakan bantuan awal Rp133,2 juta bagi WNI yang masih tertahan di Wuhan.
Setelah komunikasi intens dilakukan Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun kepada pihak setempat, WNI dapat menjadi prioritas utama dalam evakuasi khususnya keluar dari Wuhan.
Namun dari 241 WNI yang dijadwalkan dipulangkan dari Wuhan, 237 WNI telah berhasil dipulangkan ke Indonesia. Masih ada tujuh WNI di Wuhan. Empat diantaranya tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga, sementara tiga lainnya tidak lolos pemindaian kesehatan di bandara Wuhan.
Sebanyak tiga WNI itu berada di asrama kampus mereka masing-masing. Dua orang di Xianning, sedangkan seorang di Wuhan. Karena tak bisa kembali, ketiganya beroleh bantuan finansial dari Pemerintah Indonesia untuk biaya hidup di kota yang di lockdown Tiongkok.
237 WNI itu pun langsung dibawa ke Natuna, Kepulauan Riau untuk menjalani masa observasi selama 14 hari. Meski sempat ditolak untuk diterima oleh warga, para WNI pun menjalani karantina mereka.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menjamin keamanan warga Natuna. Dia memastikan karantina WNI di Natuna dilakukan secara profesional.
"Penyelesaian pemulangan WNI di sana akurat dan tidak membahayakan masyarakat Natuna," kata Mahfud di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Februari 2020.
Setelah masa karaninta 14 hari selesai, akhirnya WNI itu dinyatakan bebas dari virus korona. Mereka pun dipulangkan ke rumah masing-masing.
Setelah selama ini disebut dengan Novel Coronavirus (2019-nCoV). WHO menyebut varian baru virus ini sebagai covid-19.
"Sekarang ada nama baru untuk penyakit ini, dan itu adalah covid-19," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Februari.
Peneliti telah meminta otoritas terkait untuk segera menetapkan nama resmi dari Novel Coronavirus untuk menghindari kebingungan dan stigmatisasi terhadap grup atau negara tertentu.
Nama covid-19 diambil dari kata 'corona', 'virus' dan 'disease'. Sementara angka 19 merepresentasikan tahun saat virus baru itu pertama kali muncul. WHO mencatat covid-19 muncul pada 31 Desember 2019.
Pada Februari ada ratusan warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kota Wuhan yang menjadi pusat pandemi di Tiongkok. Mereka minta dipulangkan di saat Tiongkok menerapkan lockdown atau pembatasan aktivitas penuh.
Sebanyak 241 WNI dari Provinsi Hubei, Wuhan, Tiongkok ikut dalam proses evakuasi ini. Begitu tiba di Tanah Air, WNI tersebut dibawa terlebih dahulu di Natuna, Kepulauan Riau untuk pemeriksaan kesehatan sekaligus karantina.
Sebelum jadwal pemulangan ditetapkan KBRI Beijing juga sudah kirim logistik dan diterima oleh WNI di Wuhan. Pemerintah pun saat itu menyediakan bantuan awal Rp133,2 juta bagi WNI yang masih tertahan di Wuhan.
Setelah komunikasi intens dilakukan Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun kepada pihak setempat, WNI dapat menjadi prioritas utama dalam evakuasi khususnya keluar dari Wuhan.
Namun dari 241 WNI yang dijadwalkan dipulangkan dari Wuhan, 237 WNI telah berhasil dipulangkan ke Indonesia. Masih ada tujuh WNI di Wuhan. Empat diantaranya tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga, sementara tiga lainnya tidak lolos pemindaian kesehatan di bandara Wuhan.
Sebanyak tiga WNI itu berada di asrama kampus mereka masing-masing. Dua orang di Xianning, sedangkan seorang di Wuhan. Karena tak bisa kembali, ketiganya beroleh bantuan finansial dari Pemerintah Indonesia untuk biaya hidup di kota yang di lockdown Tiongkok.
237 WNI itu pun langsung dibawa ke Natuna, Kepulauan Riau untuk menjalani masa observasi selama 14 hari. Meski sempat ditolak untuk diterima oleh warga, para WNI pun menjalani karantina mereka.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menjamin keamanan warga Natuna. Dia memastikan karantina WNI di Natuna dilakukan secara profesional.
"Penyelesaian pemulangan WNI di sana akurat dan tidak membahayakan masyarakat Natuna," kata Mahfud di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Februari 2020.
Setelah masa karaninta 14 hari selesai, akhirnya WNI itu dinyatakan bebas dari virus korona. Mereka pun dipulangkan ke rumah masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id