"Beberapa jam kemudian, kami berhasil mendapatkan satu tempat tidur dengan harga yang sangat tinggi di rumah sakit swasta dan memindahkannya ke sana," kata Punj kepada AFP.
Pasokan oksigen
Adegan serupa yang menyayat hati sedang berlangsung di seluruh negeri. Orang-orang yang putus asa menggunakan media sosial untuk mengemis tempat tidur, oksigen, atau obat-obatan.Meskipun India berstatus sebagai ‘apotek dunia’, produsen obat generik terbesar tidak mampu memenuhi permintaan obat antivirus seperti remdesivir dan favipiravir.
Baca: PM Modi Sebut India Terguncang oleh 'Badai' Covid-19.
Di kota utara Lucknow, Ahmed Abbas dikenai biaya 45.000 rupee atau sekitar Rp8,7 jutauntuk tabung oksigen 46 liter. Jumlah itu sembilan kali lipat harga normalnya.
"Mereka meminta saya untuk membayar di muka dan mengambilnya (naik) dari mereka keesokan harinya," kata pria berusia 34 tahun itu kepada AFP.
Krisis tersebut telah menambah kecaman terhadap Perdana Menteri Narendra Modi, yang telah dikecam karena mengizinkan pertemuan keagamaan besar-besaran dan menangani sendiri demonstrasi politik yang ramai.
Menteri Perdagangan Piyush Goyal akhir pekan lalu mengecam "dokter yang memberi pasien oksigen yang tidak perlu".
"Pasien hanya boleh diberi oksigen sebanyak yang mereka butuhkan," ucap Goyal kepada wartawan.
New Delhi sekarang berencana untuk mengimpor 50.000 ton oksigen dan telah menyiapkan layanan kereta api khusus yang disebut "Oxygen Express" untuk mengangkut silinder ke negara bagian yang terkena dampak paling parah.
Modi mengatakan dalam pidatonya kepada negara pada Selasa malam bahwa ‘semua upaya sedang dilakukan’ untuk meningkatkan pasokan.
"Salah satu solusi untuk krisis ini adalah menciptakan persediaan obat antivirus ketika kasusnya rendah, tetapi itu tidak terjadi," kata Raman Gaikwad, seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Sahyadri di kota barat Pune.
Sebaliknya, produsen remdesivir mengatakan kepada Indian Express minggu ini bahwa pejabat pemerintah telah memerintahkan mereka untuk menghentikan produksi pada Januari karena penurunan infeksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News