Keputusan Rajapaksa untuk kabur tanpa mengundurkan diri telah meninggalkan Sri Lanka dalam situasi kekacauan politik selama lebih dari 36 jam. Ketegangan meningkat di negara itu, yang tetap dalam keadaan darurat.
Kejatuhan Rajapaksa
Jatuhnya Rajapaksa sebagai presiden terjadi setelah berbulan-bulan protes berkelanjutan yang memintanya untuk mundur. Dia memerintah bersama enam anggota keluarganya yang memiliki kekuatan politik, termasuk saudara laki-lakinya Mahinda Rajapaksa yang menjadi perdana menteri dan saudaranya Basil Rajapaksa yang menjadi menteri keuangan.Namun, semua anggota keluarganya terpaksa mengundurkan diri dalam beberapa bulan terakhir karena tekanan publik. Meski demikian, ia tetap memegang kekuasaan, yang membuat marah para pengunjuk rasa di jalanan.
Banyak orang menganggap Rajapaksa bertanggung jawab untuk mendorong Sri Lanka ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. Krisis menyebabkan nrgara itu kekurangan bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Bersama beberapa anggota keluarganya yang berkuasa yang memegang jabatan politik, dia dituduh melakukan salah urus ekonomi dan korupsi yang meluas.
Rajapaksa belum secara langsung berbicara kepada warga Sri Lanka sejak dia dievakuasi dari rumahnya pada Sabtu pagi pekan lalu, tepat sebelum ratusan ribu orang berkumpul di Kolombo untuk menuntut dia mundur.
Dia berjanji untuk menyerahkan kekuasaan pada 13 Juli untuk memastikan 'transisi kekuasaan yang damai', tetapi tenggat waktu telah berlalu tanpa ada tanda-tanda surat pengunduran dirinya.
Rajapaksa memiliki kekebalan dari penangkapan saat dia menjadi presiden dan banyak yang percaya dia sedang mencari negara tempat berlindung yang aman sebelum akhirnya melepaskan kekuasaan. Hal ini tentu untuk melindungi dirinya dari penuntutan atas tuduhan kejahatan perang dan korupsi yang sudah berlangsung lama.
Meski demikian, Pemerintah Singapura menegaskan bahwa Rajapaksa tidak mencari suaka di negara mereka. Tujuan akhirnya tetap tidak diketahui.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News