Para pengkritik undang-undang yang diperkenalkan Juni lalu mengatakan, undang-undang itu telah digunakan untuk meredam perbedaan pendapat dan mengikis kebebasan mendasar di bekas jajahan Inggris yang kembali ke Pemerintah Tiongkok pada 1997.
Baca: Di Hari Terakhir Terbit, Apple Daily Minta Maaf ke Pembaca.
Beberapa kritikus juga mengatakan penutupan Apple Daily, yang mencampuradukkan pandangan pro-demokrasi dengan gosip selebriti dan investigasi mereka yang berkuasa, menandai berakhirnya era kebebasan pers di kota itu.
Pejabat di Hong Kong dan Tiongkok telah berulang kali mengatakan kebebasan media dihormati tetapi tidak mutlak, dan tidak dapat membahayakan keamanan nasional.
Penutupan Apple adalah kemunduran terbaru bagi taipan media Jimmy Lai, pemilik surat kabar dan kritikus Beijing yang gigih. Sebelumnya aset Lai telah dibekukan di bawah undang-undang dan yang menjalani hukuman penjara karena ikut serta dalam pertemuan ilegal.
Lai juga sedang menunggu persidangan setelah didakwa berkolusi dengan pasukan asing, yang diancam hukuman penjara seumur hidup.
Asosiasi Jurnalis Hong Kong, bereaksi terhadap laporan penangkapan bandara mereka mengutuk polisi karena menargetkan wartawan lagi, dan meminta mereka untuk menjelaskan insiden tersebut.
Dalam sebuah langkah yang dilihat sebagai pukulan lain terhadap kebebasan pers di Hong Kong, outlet media pro-demokrasi online Stand News mengatakan pada Minggu malam bahwa mereka akan berhenti menerima sponsor bulanan dari pembaca dan mengesampingkan komentar lama untuk saat ini.
Stand News mengatakan sebagian besar direkturnya, termasuk pengacara Margaret Ng dan penyanyi Denise Ho, telah menerima rekomendasi untuk mundur. Dua direktur pendiri, Tony Tsoi dan pemimpin redaksi Chung Pui-kuen akan tetap menjabat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News