AS dianggap sedang menyebarkan ‘virus politik’, menimpakan kesalahan kepada pihak lain, menyerang WHO tanpa alasan yang rasional, dan bahkan keluar dari keanggotaan WHO. Tindakan AS ini telah mengganggu kerja sama global untuk menangani pandemi.
3. AS adalah penghambat bagi kerja sama dan keterbukaan dunia
Inisiatif ‘Belt and Road’ (BRI) yang diprakarsai Tiongkok bertujuan untuk mewujudkan keuntungan bagi semua pihak, dengan berlandaskan pada prinsip ‘konsultasi bersama, pembangunan bersama, dan berbagi manfaat bersama’, keterbukaan, inklusivitas, dan transparansi.Bagi Tiongkok Inisiatif ini telah mendapat tanggapan dan dukungan dari seratus lebih negara dan organisasi internasional.
“Banyak proyek dalam insiatif ini, misalnya Proyek KA Cepat Jakarta-Bandung, telah membawa manfaat nyata bagi negara-negara yang terlibat, termasuk Indonesia. Sebaliknya, pemerintah AS menjalankan prinsip ‘America First’, melakukan proteksionisme perdagangan dan perundungan perdagangan, serta membelokkan rantai industri global,” ungkap Xiao.
AS juga dianggapnya telah menggunakan kebijakan perdagangan unilateral untuk menekan negara-negara tertentu. Aksi AS ini jelas dianggap mengganggu sistem perdagangan multilateral dan tatanan ekonomi internasional, telah menghambat perkembangan normal negara-negara di dunia, serta telah menghalangi upaya menggalang kerja sama dan keterbukaan global.
4. AS adalah negara peretas terbesar di dunia
Tiongkok telah mengajukan Inisiatif Keamanan Data Global demi keamanan jaringan internet dunia. Huawei, ZTE, dan berbagai perusahaan Tiongkok lainnya sudah melakukan kontribusi nyata bagi perkembangan infrastruktur telekomunikasi global.Sebaliknya AS, demi melindungi hegemoni teknologi dan kepentingan monopolinya sendiri, telah menggeneralisasi konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kekuasaan negara untuk menekan perusahaan Tiongkok secara sewenang-wenang.
“Dinas intelijen AS sejak lama telah melakukan penyadapan yang membabi-buta dan ilegal terhadap pemerintah, bisnis, maupun individu dari negara-negara lain, termasuk dari negara-negara sekutu mereka sendiri,” sebut Xiao.
“Tindakan ini telah mendatangkan ancaman besar bagi keamanan nasional di berbagai negara. Aksi AS yang ibaratnya ‘maling teriak maling’ ini adalah sesuatu yang konyol,” tegas Dubes Xiao.