Sementara larangan terhadap warga Australia yang meninggalkan negara itu akan berakhir pada pertengahan Desember. Kondisi ini meningkatkan prospek bahwa perjalanan internasional juga dapat dilanjutkan.
Para peneliti di Burnet Institute mengatakan minggu ini bahwa tampaknya pembatasan hotspot yang diperkenalkan pada akhir Agustus telah "berhasil menghentikan peningkatan kasus".
Tetapi mereka memperingatkan pembatasan masih diperlukan untuk membendung wabah. Pihak berwenang mengatakan pembukaan kembali hanya akan berlaku untuk mereka yang divaksinasi penuh.
"Itu sudah jelas. Kalau tidak divaksin, tidak bisa ke restoran. Tidak bisa ke kafe," tegas Berejiklian.
Selama sebagian besar pandemi, Australia mengalami beberapa tingkat infeksi terendah di dunia karena menerapkan kebijakan “Nol Covid" -- menekan penyebaran virus dengan pelacakan kontak, pengujian, dan karantina yang agresif.
Varian Delta yang menyebar cepat memaksa strategi itu untuk ditinggalkan demi meningkatkan tingkat vaksinasi glasial.
Berejiklian memperingatkan bahwa dengan 20 persen orang masih belum sepenuhnya divaksinasi, rawat inap dan kematian kemungkinan akan melonjak bahkan ketika Sydney dibuka kembali.
"Beberapa bulan ke depan akan menjadi yang paling menyenangkan dalam hal keluar dari penguncian tetapi juga yang paling menantang," tuturnya.
"Kita harus menyeimbangkan setiap hari, risiko antara memberi tekanan pada sistem rumah sakit, tetapi juga membiarkan orang hidup bebas dan memungkinkan bisnis untuk memulai kembali,” pungkas Berejiklian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id