Islamabad: Rekor hujan muson yang menyebabkan “bencana berskala epik”. Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman pada Rabu, 24 Agustus 2022, mengumumkan seruan internasional untuk meminta bantuan dalam menangani banjir yang telah menewaskan lebih dari 800 orang sejak Juni lalu.
Musim hujan tahunan sangat penting untuk irigasi lahan pertanian serta mengisi kembali danau dan juga bendungan di seluruh subkontinen India. Tetapi setiap tahunnya, musim hujan tersebut juga membawa gelombang bencana.
Hujan deras terus mengguyur sebagian besar wilayah Pakistan pada Rabu, dengan laporan otoritas setempat yang menyebut lebih dari lusinan kematian –,termasuk sembilan orang anak-anak,– dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
“Hingga saat ini, hujan terus turun selama sebulan. Tidak ada yang tersisa,” sampai seorang wanita bernama Khanzadi kepada AFP di kota Jaffarabad, Provinsi Balochistan, yang terkena dampak terparah akibat hujan.
“Kami hanya memiliki satu ekor kambing, yang juga tenggelam oleh banjir. Sekarang kami tidak memiliki apa-apa dan kami hanya tergeletak di sepanjang jalan dan menghadapi kelaparan,” tambahnya dikutip dari AFP, Kamis 25 Agustus 2022.
Menteri Rehman mengatakan bahwa pemerintahan akan meluncurkan permohonan bantuan internasional setelah penilaian telah selesai.
“Mengingat skala bencana saat ini, tidak perlu diragukan lagi bahwa provinsi-provinsi, atau juga Islamabad, (tidak) mampu untuk mengatasi bencana iklim sebesar ini sendiri,” ujar Rehman kepada AFP.
“Seluruh nyawa Pakistan tengah diambang bahaya, ribuan orang kehilangan rumah. Sangat penting bagi kami untuk memiliki rekan internasional yang dapat memobilisasi bantuan (untuk Pakistan),” tambah Rehman.
Pakistan berada dalam urutan kedelapan dalam negara-negara yang dianggap paling rentan terhadap cuaca ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim, menurut laporan Indeks Resiko Iklim Global yang disusun oleh organisasi non-pemerintahan, Germanwatch.
Musim hujan tahunan sangat penting untuk irigasi lahan pertanian serta mengisi kembali danau dan juga bendungan di seluruh subkontinen India. Tetapi setiap tahunnya, musim hujan tersebut juga membawa gelombang bencana.
Hujan deras terus mengguyur sebagian besar wilayah Pakistan pada Rabu, dengan laporan otoritas setempat yang menyebut lebih dari lusinan kematian –,termasuk sembilan orang anak-anak,– dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
“Hingga saat ini, hujan terus turun selama sebulan. Tidak ada yang tersisa,” sampai seorang wanita bernama Khanzadi kepada AFP di kota Jaffarabad, Provinsi Balochistan, yang terkena dampak terparah akibat hujan.
“Kami hanya memiliki satu ekor kambing, yang juga tenggelam oleh banjir. Sekarang kami tidak memiliki apa-apa dan kami hanya tergeletak di sepanjang jalan dan menghadapi kelaparan,” tambahnya dikutip dari AFP, Kamis 25 Agustus 2022.
Menteri Rehman mengatakan bahwa pemerintahan akan meluncurkan permohonan bantuan internasional setelah penilaian telah selesai.
“Mengingat skala bencana saat ini, tidak perlu diragukan lagi bahwa provinsi-provinsi, atau juga Islamabad, (tidak) mampu untuk mengatasi bencana iklim sebesar ini sendiri,” ujar Rehman kepada AFP.
“Seluruh nyawa Pakistan tengah diambang bahaya, ribuan orang kehilangan rumah. Sangat penting bagi kami untuk memiliki rekan internasional yang dapat memobilisasi bantuan (untuk Pakistan),” tambah Rehman.
Pakistan berada dalam urutan kedelapan dalam negara-negara yang dianggap paling rentan terhadap cuaca ekstrim yang disebabkan oleh perubahan iklim, menurut laporan Indeks Resiko Iklim Global yang disusun oleh organisasi non-pemerintahan, Germanwatch.
Gelombang panas hingga banjir
Awal tahun ini, sebagian besar negara tengah berada dalam cengkraman gelombang panas dengan temperatur udara menginjak 51 derajat Celcius di Jacobabad, Provinsi Sindh.
Kota tersebut kini tengah berkutat dengan banjir yang telah menggenangi perumahan serta menyapu jalan-jalan dan jembatan.
Di Sukkur, sekitar 75 kilometer jauhnya, para sukarelawan menggunakan perahu di sepanjang jalan-jalan kota yang terendam oleh banjir untuk mendistribusikan makanan serta air bersih untuk orang-orang yang terperangkap di dalam rumahnya.
Kepada AFP, Pejabat Senior Kantor Meteorologi, Zaheer Ahmad Babar mengatakan bahwa hujan pada tahun ini merupakan hujan terbesar semenjak 2010, ketika 2.000 orang tewas dan lebih dari 2 juta orang diungsikan akibat hujan muson yang berhasil menenggelamkan seperlima negara tersebut.
Curah hujan di Provinsi Balochistan berada pada 430 persen lebih tinggi daripada biasanya, ujarnya, dengan menambahkan bahwa Provinsi Sindh mencapai curah hujan hampir 500 persen.
Kota Padidan di Sindh telah diguyur hujan semenjak 1 Agustus, tambah Babar.
“Peristiwa ini merupakan bencana berskala epik,” kata Rehman dengan menambahkan bahwa bencana tersebut memberikan dampak kepada 3 juta masyarakat.
Dalam sebuah pernyataan, Otoritas Pengelolaan Bencana Nasional mengatakan bahwa hampir 125.000 perumahan telah hancur dan lebih dari 288.000 lainnya rusak akibat banjir.
“Sejumlah 700.000 hewan ternak di Sindh dan Balochistan mati dan hampir 2 juta acre (sekitar 809.000 hektar) lahan pertanian telah rusak,” ujar pihak otoritas.
Hampir 3.000 kilometer jalanan juga mengalami kerusakan akibat banjir tersebut. (Gracia Anggellica)
Kota tersebut kini tengah berkutat dengan banjir yang telah menggenangi perumahan serta menyapu jalan-jalan dan jembatan.
Di Sukkur, sekitar 75 kilometer jauhnya, para sukarelawan menggunakan perahu di sepanjang jalan-jalan kota yang terendam oleh banjir untuk mendistribusikan makanan serta air bersih untuk orang-orang yang terperangkap di dalam rumahnya.
Kepada AFP, Pejabat Senior Kantor Meteorologi, Zaheer Ahmad Babar mengatakan bahwa hujan pada tahun ini merupakan hujan terbesar semenjak 2010, ketika 2.000 orang tewas dan lebih dari 2 juta orang diungsikan akibat hujan muson yang berhasil menenggelamkan seperlima negara tersebut.
Curah hujan di Provinsi Balochistan berada pada 430 persen lebih tinggi daripada biasanya, ujarnya, dengan menambahkan bahwa Provinsi Sindh mencapai curah hujan hampir 500 persen.
Kota Padidan di Sindh telah diguyur hujan semenjak 1 Agustus, tambah Babar.
“Peristiwa ini merupakan bencana berskala epik,” kata Rehman dengan menambahkan bahwa bencana tersebut memberikan dampak kepada 3 juta masyarakat.
Dalam sebuah pernyataan, Otoritas Pengelolaan Bencana Nasional mengatakan bahwa hampir 125.000 perumahan telah hancur dan lebih dari 288.000 lainnya rusak akibat banjir.
“Sejumlah 700.000 hewan ternak di Sindh dan Balochistan mati dan hampir 2 juta acre (sekitar 809.000 hektar) lahan pertanian telah rusak,” ujar pihak otoritas.
Hampir 3.000 kilometer jalanan juga mengalami kerusakan akibat banjir tersebut. (Gracia Anggellica)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id