Kabul: Pemerintahan baru Afghanistan yang saat ini dikuasai oleh Taliban menegaskan akan mengaktifkan kembali hukuman mati dan potong tangan. Namun hukuman tersebut tidak akan dilakukan di depan publik.
Salah satu pendiri Taliban dan kepala penegak hukum Islam ketika mereka terakhir memerintah Afghanistan mengatakan, kelompok itu akan sekali lagi melakukan eksekusi dan amputasi tangan. Meskipun mungkin tidak di depan umum.
Baca: Pidato di PBB, Nasib Perempuan Afghanistan Jadi Perhatian Jokowi.
Nooruddin Turabi menepis kemarahan atas eksekusi Taliban di masa lalu, yang terkadang terjadi di depan orang banyak di sebuah stadion. Dia pun memperingatkan dunia agar tidak ikut campur dengan penguasa baru Afghanistan.
“Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apa pun tentang hukum mereka dan hukuman mereka,” kata Turabi, berbicara di Kabul, seperti dikutip the National, Jumat 24 September 2021.
“Tidak ada yang akan memberi tahu kami seperti apa hukum kami seharusnya. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Al-Quran,” tegasnya.
Sejak Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus dan menguasai negara itu, warga Afghanistan dan dunia telah mengamati untuk melihat apakah mereka akan menciptakan kembali aturan keras mereka di akhir 1990-an. Komentar Turabi menunjukkan bagaimana para pemimpin kelompok tetap mengakar dalam pandangan garis keras yang sangat konservatif, bahkan jika mereka merangkul perubahan teknologi, seperti video dan ponsel.
Turabi, sekarang berusia awal 60-an, adalah menteri kehakiman dan kepala dari Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, selama pemerintahan Taliban sebelumnya. Lembaga yang dia pimpin secara efektif adalah polisi agama.
Pada saat 1996-2001, dunia mengecam hukuman Taliban, yang terjadi di stadion olahraga Kabul atau di halaman masjid Idul Fitri yang luas. Sering hukuman itu dihadiri oleh ratusan pria Afghanistan.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan