Pada 1975, Suga mengambil pekerjaan sebagai sekretaris Hikosaburo Okonogi, anggota Dewan Perwakilan dari Yokohama, kota terbesar kedua di Jepang. Tugas Suga termasuk membeli rokok dan memarkir mobil.
Dia juga dengan cepat belajar bagaimana melayani sebuah konstituensi. Pada pernikahan Suga dengan istrinya, Mariko, pada 1980, menurut biografi Mori, seorang pendukung Okonogi mengatakan dia membeli sepatu untuk Suga karena dia “dengan cepat memakainya” pergi dari rumah ke rumah untuk berkunjung pemilih di distrik tersebut.
Suga memiliki tiga putra, tetapi dalam sebuah debat minggu lalu, Suga mengakui bahwa dia jarang ada di rumah saat mereka tumbuh dewasa.
Pada 1987, ia mencalonkan diri untuk kursi di Dewan Kota di Yokohama, di mana ia dikenal sebagai Wali Kota "bayangan" Yokohama. Dia membantu mengembangkan jaringan transportasi ke pelabuhan dan mendorong daftar tunggu yang lebih rendah di pusat penitipan anak kota.
"Dia memiliki empat mata dan empat telinga. "Dia bekerja dari pagi hingga larut malam,” ucap Koichi Fujishiro, mantan Ketua Dewan Kota Yokohama.
Pada 1996, Suga melakukan lompatan ke politik nasional, memenangkan kursi di majelis rendah Parlemen. Selama masa jabatan pertama Abe yang gagal sebagai perdana menteri, dari tahun 2006 hingga 2007, Suga menjabat sebagai menteri dalam negeri dan telekomunikasi. Bahkan setelah Abe meninggalkan kantornya setelah serangkaian skandal, Suga tetap setia.
Abe menghargai kesetiaan itu ketika dia kembali sebagai perdana menteri pada 2012 dan memilih Suga sebagai sekretaris kabinetnya. Menurut Kenya Matsuda, penulis "Kekuatan Bayangan: Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga," Suga mendesak Abe untuk fokus pada ekonomi daripada agenda nasionalis yang telah menghabiskan masa jabatan pertamanya.