Pria yang terluka dengan pakaian berlumuran darah diangkut dari tempat kejadian dengan gerobak dorong, sementara seorang anak laki-laki mencengkeram lengan seorang pria dengan cedera kepala, dalam gambar yang diposting di media sosial.
"Mayat, daging, dan orang-orang dibuang ke kanal di dekatnya," kata Milad, yang berada di lokasi ledakan pertama, kepada AFP, Jumat 27 Agustus 2021.
Baca: 13 Tentara AS Tewas dan 18 Lainnya Terluka dalam Serangan Kabul.
"Ketika orang-orang mendengar ledakan itu, terjadi kepanikan total. Taliban kemudian mulai menembak ke udara untuk membubarkan kerumunan di pintu gerbang," kata seorang saksi mata kedua.
"Saya melihat seorang pria bergegas dengan bayi yang terluka di tangannya,” ungkapya.
Dalam kebingungan, dia mengatakan menjatuhkan dokumen yang dia harap akan membantunya naik pesawat bersama istri dan tiga anaknya. "Saya tidak akan pernah ingin pergi (ke bandara) lagi. Kematian untuk Amerika, evakuasi dan visanya,” ucap warga Afghanistan itu.
Badan-badan intelijen Barat telah memperingatkan Kamis tentang serangan yang akan segera terjadi, dengan Presiden AS Joe Biden mengutip ancaman teroris dari cabang regional kelompok teroris Islamic State (ISIS).
Hanya ada lima hari sampai batas waktu yang ditetapkan oleh Amerika Serikat untuk mengakhiri pengangkutan udara.
“Kedua perangkat itu diledakkan saat matahari mulai terbenam, menewaskan 60 orang dan melukai lebih banyak lagi,” menurut Rumah Sakit Darurat di Kabul.
Asap tebal mengepul ke langit saat pria, wanita dan anak-anak bergegas meninggalkan tempat kejadian.
Pentagon mengatakan satu ledakan terjadi di Gerbang Biara bandara Kabul, dan setidaknya satu ledakan lagi menghantam Hotel Baron di dekatnya.
Tak lama setelah itu, seorang fotografer AFP melihat beberapa mayat tiba di rumah sakit Kabul, dan lebih dari selusin terluka. Wanita dengan wajah dan pakaian berlumuran darah menangis saat yang terluka dibawa ke klinik dengan tandu.
Baca: Mengenal ISIS-K, Pelaku Penyerangan Bandara Afghanistan.
Saksi lain, Akram Lubega, 26 tahun, yang bekerja di sebuah perusahaan katering, mengatakan dia mendengar ledakan itu dan tidak tahu apa yang terjadi.
"Tentu saja kami semua takut," kata warga negara Uganda itu.
"Semua orang tegang dan tentara mengambil posisi di sekitar bandara,” pungkas Lubega.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News