Warga Australia antre untuk vaksinasi covid-19. Foto: AFP
Warga Australia antre untuk vaksinasi covid-19. Foto: AFP

Pacu Percepatan Vaksin, Australia Pertimbangkan Hadiah Lotere dan Uang Tunai

Fajar Nugraha • 12 Agustus 2021 16:05
Sydney: Pandemi covid-19 yang memburuk di Sydney telah menimbulkan perdebatan baru tentang bagaimana membujuk warga Australia untuk segera divaksinasi. Pemerintah Australia pun mempertimbangkan memberi hadiah.
 
Sementara hanya sejumlah kecil warga yang tidak mau divaksinasi, pihak berwenang ingin mempercepat peluncuran karena pasokan vaksin baru telah tiba.
 
Baca: Kasus Covid-19 Terdeteksi, Ibu Kota Australia Dilockdown Sepekan.

Pada Rabu 11 Agustus, hanya 24 persen dari mereka yang berusia 16 tahun ke atas yang divaksinasi lengkap dan 45 persen telah mendapatkan satu dosis. Di New South Wales, yang mencatat 344 infeksi lokal baru pada Rabu, 24 persen populasi telah divaksinasi penuh dan 48 persen telah mendapatkan satu dosis vaksin virus korona.
 
Angka ini jauh di bawah target pemerintah federal dari tingkat vaksinasi 80 persen - tingkat di mana negara akan secara efektif kembali normal, termasuk membuka kembali perbatasannya dan mengakhiri penguncian. Saat ini, dua kota terbesar di negara itu, Sydney dan Melbourne menjalani lockdown termasuk di Ibu Kota, Canberra.
 
Berbagai skema telah diusulkan untuk meningkatkan tingkat vaksinasi, termasuk lotere mingguan di mana 10 orang yang divaksinasi akan memenangkan masing-masing 1 juta dolar Australia atau sekitar Rp10 miliar. Dalam skema lotere mingguan, setiap orang akan menerima tiket lotere untuk setiap kali mereka divaksinasi.
 
Secara terpisah, partai oposisi Partai Buruh telah mengusulkan untuk memberikan pembayaran tunai masing-masing 300 dolar Australia atau sekitar Rp3,1 juta kepada semua orang yang telah divaksinasi lengkap.
 
Koordinator peluncuran vaksin Australia, Letnan Jenderal John Frewen mengatakan, pemerintah sedang mempertimbangkan semua opsi.
 
"Maksud saya ada uang tunai, ada ide lotere - semua hal ini telah dibahas," katanya kepada wartawan pekan lalu.
 
"Apa yang beresonansi dengan orang-orang saat ini benar-benar bisa kembali ke gaya hidup yang dulu kita nikmati, perjalanan internasional, tidak harus dikarantina, tidak harus dikunci,” ungkap Frewen, seperti dikutip The Straits Times, Kamis 12 Agustus 2021.
 

 
Tetapi Perdana Menteri Scott Morrison menolak proposal pemberian uang tunai, dengan mengatakan itu tidak perlu dan boros. Dia mengatakan itu adalah ‘penghinaan’ untuk menyarankan bahwa orang Australia tidak akan divaksinasi kecuali mereka dibayar.
 
Namun, banyak pakar ekonomi dan kesehatan tidak setuju, dengan mengatakan pemberian uang tunai dapat memberi insentif kepada orang dan merangsang ekonomi.
 
Seorang ahli ekonomi, Peter Martin, seorang profesor di Australian National University mengataka, penelitian menunjukkan bahwa pembayaran kecil "sangat efektif, seringkali lebih efektif daripada yang besar". Dia juga menunjuk pada pemodelan resmi yang menunjukkan bahwa biaya penguncian nasional sekitar 3,2 dolar Australia miliar per minggu.
 
"Membayar orang untuk divaksinasi sesuai dengan kriteria tanggapan pemerintah yang 'sementara, tepat sasaran, dan proporsional'," tulisnya di situs web The Conversation.
 
"Biayanya kecil dibandingkan dengan apa yang dipertaruhkan,” ungkapnya.
 
Sebuah survei pada Juni oleh Melbourne Institute di the University of Melbourne menemukan bahwa 54 persen orang yang bersedia menunggu untuk divaksinasi akan melakukannya sesegera mungkin jika mereka menerima bantuan tunai. 42 persen lainnya mengatakan itu tidak akan mempercepat vaksinasi mereka, dan 4 persen tidak yakin.
 
Lembaga tersebut telah melacak keragu-raguan vaksin di Australia, dengan survei terbarunya pada 23 Juli menunjukkan 12 persen tidak mau divaksinasi, turun dari puncaknya 19 persen pada Mei. Lebih lanjut 10 persen tetap tidak yakin apakah mereka akan divaksinasi, meskipun jumlah ini telah menurun.
 
Kebanyakan ahli percaya akan sulit untuk membujuk mereka yang tidak mau divaksinasi, tetapi mungkin saja mengubah perilaku mereka yang tidak yakin.
 
Proposal lotere dibuat oleh Grattan Institute, sebuah lembaga think-tank yang mengatakan akan membantu untuk menargetkan orang-orang - "menengah" - yang mungkin mempertimbangkan untuk divaksinasi tetapi menunda.
 
"Apa yang ingin Anda lakukan adalah mengubah mereka dari 'tidak terburu-buru' menjadi 'Saya akan divaksinasi besok'," kata Dr Stephen Duckett, dari institut tersebut kepada The Sydney Morning Herald.
 
Sementara tingkat vaksin Australia yang rendah sebagian besar disebabkan oleh kegagalan untuk mengamankan dan mendistribusikan pasokan. Negeri Kanguru mungkin perlu memberi insentif kepada orang-orang karena kekurangan pasokan diatasi, kemungkinan besar pada Oktober.
 
Tampaknya insentif mungkin diperlukan: Pusat vaksin khusus di Sydney pada hari Minggu berharap untuk memvaksinasi 5.000 orang, tetapi hanya 2.000 yang muncul. Sayangnya, pusat vaksin itu dipengaruhi oleh masalah yang tidak terduga, datangnya musim dingin yang tidak sesuai dengan musimnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan