Pengungsi Rohingya di Bangladesh dipindahkan ke pulau terpencil. Foto: Sky News
Pengungsi Rohingya di Bangladesh dipindahkan ke pulau terpencil. Foto: Sky News

Pengungsi Rohingya Dipindahkan ke Pulau Terpencil Berbahaya di Bangladesh

Fajar Nugraha • 04 Desember 2020 12:55
Dhaka: Pemerintah Bangladesh memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil dalam beberapa hari mendatang. Pemindahan tetap dilakukan meskipun ada seruan kelompok hak asasi manusia untuk menghentikan proses tersebut.
 
Pulau Bhasan Char, yang muncul dari laut kurang dari 20 tahun yang lalu, dianggap sebagai pulau berbahaya. Pulau ini kerap terkena banjir tahunan dan angin topan selama musim hujan, yang berlangsung selama lima bulan dalam setahun.
 
Beberapa bagian pulau, yang berjarak sekitar 21 mil di lepas pantai Bangladesh, terendam selama hujan dan pasang surut terlihat memotong di seluruh pulau.

Pada Kamis 3 Desember 2020, 11 bus yang membawa pengungsi Rohingya meninggalkan Cox's Bazar, rumah bagi kamp pengungsi terbesar di dunia, untuk menuju ke Pulau Bhasan Char. Mereka diperkirakan akan tiba pada Jumat 4 Desember ini waktu setempat.
 
Pejabat setempat menambahkan ‘beberapa ribu’ orang tiba dalam pemindahan gelombang pertama. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mitra pembangunan dan organisasi bantuan semuanya telah menyuarakan keprihatinan tentang relokasi.
 
Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan "tidak terlibat dalam persiapan untuk gerakan ini atau identifikasi pengungsi dan memiliki informasi terbatas tentang keseluruhan latihan relokasi".
 
"Pengungsi Rohingya harus dapat membuat keputusan yang bebas dan terinformasi tentang relokasi ke Bhasan Char berdasarkan informasi yang relevan, akurat dan terkini,” tegas PBB, seperti dikutip Sky News, Jumat 4 Desember 2020.
 
Dalam sebuah pernyataan, LSM Refugees International mengatakan "langkah tersebut tidak lain adalah penahanan massal yang berbahaya bagi orang-orang Rohingya yang melanggar kewajiban hak asasi manusia internasional".
 
"Pengungsi yang telah kami ajak bicara sangat cemas dan menentang relokasi ke Bhasan Char. Seorang pengungsi Rohingya bahkan mengatakan pemulangan paksa ke Myanmar, di mana ada risiko genosida yang sedang berlangsung, akan lebih disukai daripada bahaya yang tidak diketahui dan potensi pemindahan ke Bhasan Char,” pernyataan lembaga itu.
 
Sky News menemukan bahwa banyak keluarga dari Tangkhali (kamp 13), Balukhali (kamp satu) telah dibawa ke kampus Ukiya College, yang telah dijadikan kamp transit pemrosesan. Para pengungsi telah diberi jatah dan sejumlah uang.
 

Salah satu pengungsi, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan kepada Sky News: "Kami memilih untuk pindah karena kami mencari tempat tinggal yang lebih aman, ada terlalu banyak masalah di sini."
 
Seorang pria lain dari Tangkhali (kamp 13) berkata: "Beberapa anggota keluarga saya sudah ada di sana perahu mereka terbalik dan Angkatan Laut memindahkan sekitar 300 dari mereka ke pulau itu. Saya akan bergabung dengan mereka."
 
Banyak pengungsi Rohingya telah melakukan perjalanan perahu berbahaya melintasi lautan untuk mencapai pantai Malaysia yang aman.
 
Juru kampanye Amnesty International Asia Selatan, Saad Hammadi, mengatakan: "Pihak berwenang harus segera menghentikan relokasi lebih banyak pengungsi ke Bhashan Char, mengembalikan mereka yang ada di pulau itu ke keluarga dan komunitas mereka di daratan Bangladesh”.
 
"Pulau terpencil, yang masih terlarang bagi semua orang termasuk kelompok hak asasi manusia dan jurnalis tanpa izin sebelumnya, menimbulkan kekhawatiran besar tentang pemantauan hak asasi manusia independen,” sebut Amnesty.
 
PBB dan mitranya telah berulang kali meminta Pemerintah Bangladesh untuk akses ke pulau itu untuk penilaian teknis guna meninjau keamanan, kelayakan, dan keberlanjutan sebagai tempat tinggal. Tetapi sejauh ini pihak berwenang telah menolak izin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan