Hingga wabah terbaru, semua pasien dirawat di bangsal isolasi covid-19 khusus, dan kontak dekat dibawa ke kamp karantina. Tetapi varian virus Omicron yang sangat menular telah membuat pihak berwenang berebut dan mengungkap kekurangan dalam rencana untuk menangani wabah besar.
Pada Rabu, beban kasus harian mencapai rekor 4.285 infeksi yang dikonfirmasi dengan 7.000 kasus positif awal di kota padat berpenduduk 7,5 juta itu.
Sebelum gelombang terbaru, Hong Kong telah mencatat lebih dari 12.000 kasus sejak awal pandemi. Pakar kesehatan mengatakan jumlah kasus harian bisa meningkat menjadi 28.000 pada Maret.
Kelompok paling rentan adalah lansia yang ragu-ragu terhadap vaksin di Hong Kong. Meskipun persediaan cukup, hanya 43 persen dari mereka yang berusia 70 hingga 79 tahun dan 26 persen dari mereka yang berusia di atas 80 tahun memilih untuk divaksinasi.
Pekan lalu, pemerintah mengatakan, orang dengan kasus ringan dapat diisolasi di rumah tetapi pada Rabu, masih ada 12.000 orang yang menunggu untuk dirawat di rumah sakit.
“Di Caritas, gelombang pasien telah membuat staf kelelahan, stres, dan tidak berdaya,” ucap Chan.
"Sangat menyakitkan bahwa kami telah bekerja tanpa henti tetapi kami masih tidak dapat merawat setiap pasien dengan baik," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa krisis saat ini melampaui apa yang mereka hadapi pada awal pandemi.
"Saat itu, kami tidak mengenal virus dengan baik dan kami kekurangan peralatan," katanya.
"Dua tahun kemudian, kami berharap Otoritas Rumah Sakit memiliki rencana yang lebih baik, tetapi ternyata tidak ada,” tegasnya.
Pada Selasa 15 Februari, Pemimpin kota Carrie Lam mengesampingkan penguncian keras gaya Tiongkok. Tetapi hari berikutnya, Presiden Xi Jinpingmemberi tahu pihak berwenang Hong Kong untuk mengambil "semua tindakan yang diperlukan" untuk mengendalikan wabah tersebut.
Namun masih belum jelas apakah Hong Kong dapat kembali ke nol kasus covid-19, mengingat jumlah infeksi yang meningkat pesat di wilayah tersebut.
Para profesional perawatan kesehatan telah lama memperingatkan bahwa rumah sakit umum Hong Kong kekurangan dana dan tidak siap menghadapi lonjakan virus korona.
“Bahkan selama wabah flu sebelumnya, rumah sakit ‘bertekuk lutut’, kata Dr Siddharth Sridhar -,seorang ahli mikrobiologi di University of Hong Kong,- dalam sebuah tweet pada Rabu.
"Sekarang, dengan penyakit yang lebih menular atau parah daripada flu, dan membutuhkan staf yang terpapar untuk dikarantina, rumah sakit Hong Kong adalah istana pasir dalam tsunami,” pungkas Sridhar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News