Yangon: Sebanyak dua staf lembaga swadaya masyarakat (LSM) Save the Children tewas dibunuh junta Myanmar pada malam Natal. Pihak Save the Children mengatakan kedua staf berjenis kelamin laki-laki itu tewas dalam pembantaian lebih dari 30 orang.
Save the Children telah mengonfirmasi dua stafnya tewas dalam pembantaian malam Natal yang dilakukan pasukan junta di jalan raya Myanmar timur.
Baca: Militer Myanmar Diduga Bunuh Lebih dari 30 Orang di Kayah
Pejuang antijunta mengatakan mereka menemukan lebih dari 30 mayat, termasuk perempuan dan anak-anak, di jalan raya negara bagian Kayah di mana pemberontak pro-demokrasi melawan militer Myanmar. Save the Children kemudian mengatakan dua anggota stafnya telah terperangkap dalam insiden itu dan hilang.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta pada Februari 2021, dengan lebih dari 1.300 orang tewas dibantai militer Myanmar. Pasukan pertahanan rakyat yang memproklamirkan diri telah bermunculan di seluruh negeri untuk melawan junta, berujung pada bentrokan berdarah.
“Militer memaksa orang-orang keluar dari mobil mereka, menangkap beberapa, membunuh banyak dan membakar mayat-mayat itu,” kata badan amal itu, seperti dikutip AFP, Rabu, 29 Desember 2021.
"Berita ini benar-benar mengerikan," kata Kepala Eksekutif badan amal itu, Inger Ashing.
“Kami terguncang oleh kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil dan staf kami, yang berdedikasi kemanusiaan, mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar,” sebut Ashing.
Junta Myanmar sebelumnya mengatakan pasukannya telah diserang di kota Hpruso pada umat setelah pasukannya berusaha menghentikan tujuh mobil yang mengemudi dengan "cara yang mencurigakan".
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan
