M.Lutfi, biasa dia dikenal, akan menggantikan Agus Suparmanto yang baru satu tahun menjabat. Sementara Lutfi sendiri juga baru saja mengemban tugas sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat.
Pria kelahiran Jakarta 16 Agustus 1969 ini dilantik sebagai dubes oleh Presiden Jokowi pada 14 September 2020 lalu. Kemudian dia menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Donald Trump pada 18 September 2020.
Selama kurang lebih 3-4 bulan itu, apa saja yang sudah dilakukan oleh M.Lutfi. Sebelumnya, Mahendra Siregar juga dipanggil pulang dari AS untuk mengisi pos Wakil Menteri Luar Negeri. Jabatan Mahendra sebagai Dubes untuk Negeri Paman Sam saat itu juga relatif singkat.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, apa saja yang sudah dilakukan oleh pria Minangkabau itu dalam jabatan singkatnya di Washington?
Ada beberapa agenda yang menjadi tugas utama dari mantan Menteri Perdagangan Indonesia itu. Di bidang kerja sama ekonomi, Lutfi memprioritaskan investasi, perdagangan dua arah, konektivitas digital, kesehatan, dan sumber daya manusia.
Agenda ekonomi menjadi perhatian dari Dubes Lutfi. Salah satu diantaranya adalah memastikan Indonesia bisa mendapatkan pasar di Amerika. Tetapi di saat bersamaan bisa memberikan kepastian produk AS bisa bersaing di Indonesia.
Terdapat beberapa hal yang menjadi program prioritas Muhammad Lutfi. utamanya memastikan bahwa AS memperpanjang persetujuan fasilitas pembebasan tarif bea masuk (Generalized System of Preference/GSP) ke Indonesia.
Bagi pria yang banyak berkiprah di dunia usaha Indonesia ini, perdagangan menciptakan momentum di Indonesia. Perjanjian perdagangan bebas (FTA) juga menjadi tujuan dari kerja sama perdagangan Indonesia. Indonesia sudah menyepakati FTA dengan Australia, Chile serta bersama dengan negara anggota EFTA. EFTA adalah organisasi negara Eropa yang terdiri dari Swiss, Lichtenstein, Islandia dan Norwegia.
Selama menjadi Dubes, M.Lutfi pun tidak membuang waktu untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi investasi. Karenanya, ia bertemu dengan ratusan pengusaha AS yang tergabung dalam US Chamber of Commerce dan US-ASEAN Business Council.
Dalam dua hari berturut-turut, tepatnya pada 23 dan 24 September 2020, Dubes Lutfi menggelar pertemuan dengan lebih dari 30 anggota US Chamber of Commerce atau Kamar Dagang AS dan lebih dari 70 perwakilan perusahaan anggota US-ASEAN Business Council yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Sebelumnya dia juga melakukan pertemuan bersama dengan USINDO, sebagai lembaga think tank yang mengutamakan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat.
Perpanjangan GSP
Salah satu capaian yang jelas diraih saat masa M.Lutfi adalah memuluskan perpanjangan pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) Keputusan perpanjangan disampaikan AS pada 30 Oktober, setelah United States Trade Representative (USTR) melakukan evaluasi terhadap fasilitas GSP untuk Indonesia selama lebih kurang 2,5 tahun sejak Maret 2018.Kabar disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi virtual pada Minggu, 1 November 2020.
Tetapi memang, pembahasan GSP selalu disinggung Indonesia dalam berbagai pertemuan dengan AS. Saat Menlu AS Mike Pompeo datang ke Indonesia 29 Oktober 2020, isu GSP kembali dibahas. Lutfi juga melanjutkan upaya yang sudah dilakukan oleh Dubes RI sebelumnya, Mahendra Siregar.
"Pemberian fasilitas GSP merupakan salah satu wujud konkret kemitraan strategis antara kedua negara yang tidak hanya membawa manfaat positif bagi Indonesia, melainkan juga bisnis di AS," ucap Menlu Retno pada 1 November 2020.
Menlu Retno berharap, perdagangan yang kuat antara Indonesia dan AS dapat menjadi katalis bagi peningkatan ekspor kedua negara. "Keputusan USTR ini tentu kita sambut dengan baik, dan dapat terus kita manfaatkan untuk memperkuat perdagangan dengan AS," sebut Menlu Retno.
GSP merupakan fasilitas perdagangan, berupa pembebasan tarif bea masuk yg diberikan secara unilateral oleh as kepada negara2 berkembang di dunia sejak 1974. Indonesia pertama kali dapat fasilitas ini pada tahun 1980.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News