Ia juga mengatakan bahwa usai mengundurkan diri, dirinya dan Anwar sama-sama tidak mampu mendapat mayoritas dukungan parlemen untuk menjadi perdana menteri.
Dalam sebuah tulisan di blog pada Sabtu, 21 November 2020, Mahathir mengatakan bahwa saat Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) bersatu melawan dirinya dan meninggalkan koalisi Pakatan Harapan pada 23 Februari, pemerintahan Malaysia secara otomatis runtuh.
"Pada 23 Februari, Saya berkata kepada presiden Bersatu Tan Sri Muhyiddin Yassin bahwa wacana Bersatu meninggalkan Pakatan harus ditunda karena Pakatan masih mendukung saya," tulis Mahathir.
"Saat majelis agung Bersatu bertemu usai pertemuan saya dengan Muhyiddin dan kawan-kawannya, saya memohon mereka untuk menunda meninggalkan Pakatan. Saya menyarankan agar kita semua menanti reaksi Pakatan," sambung dia, dilansir dari laman The Star.
"Majelis agung menolak saran saya, dan sepakat bahwa Bersatu akan segera meninggalkan Pakatan. Bagi saya, ini adalah putusan final," ungkap Mahathir.
Singkat cerita, usai terpecahnya koalisi Pakatan, Mahathir hanya mampu meraih 66 dukungan anggota parlemen. Sementara Anwar Ibrahim berhasil meraih 92 suara, meski belum cukup untuk mencapai mayoritas.
"Jika saya mendapat 92 dukungan, maka pemerintahan Pakatan Harapan dapat mempertahankan saya sebagai perdana menteri, dan rencana Anwar untuk menggantikan saya bisa saja terjadi," tutur Mahathir.
Ia menjelaskan bahwa Anwar juga gagal mencapai mayoritas, tapi mendapat dukungan dari Pakatan. "Anwar setuju, tapi dengan syarat ia hanya menjadi wakil perdana menteri," sebut Mahathir.
"Saya tidak setuju, karena saya ingin mempertahankan kabinet sebelumnya. Anwar kemudian sepakat dengan sikap saya, dan kami berhasil mendapat mayoritas 114 suara," lanjutnya.
"Tapi sayangnya, Muhyiddin telah mendapat izin Raja untuk ditunjuk menjadi perdana menteri," ungkap Mahathir.
Setelah itu, upaya untuk menggulingkan Perikatan Nasional di bawah PM Muhyiddin terus dilanjutkan Pakatan. Anwar ingin ikut dalam upaya itu, namun menolak partisipasi Mahathir.
"Kita semua tahu Anwar tetap tidak akan bisa menjadi perdana menteri. Klaimnya yang telah mendapat dukungan kuat ternyata tidak benar," sebut Mahathir.
"Bahkan saat dia mengesampingkan saya, dia tetap tidak bisa menjadi perdana menteri. Pada 2008, dia juga gagal. Apakah memang benar jika saya adalah pihak yang menghentikan Anwar untuk menjadi perdana menteri?" tanyanya.
Baca: Mahathir Nilai Anwar Ibrahim Tak Bisa Menjadi PM yang Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News