"Jangan paksa tangan saya, tidak ada yang menginginkan itu. Tetapi jika Anda tidak setuju untuk divaksinasi, tinggalkan Filipina. Pergilah ke India atau jika Anda ingin pergi ke suatu tempat, ke Amerika,” imbuhnya dalam pidato itu.
Reaksi beragam
Pada Selasa, Menteri Kehakiman Menardo Guevarra mengecilkan pernyataan Duterte, dengan mengatakan presiden menggunakan "kata-kata keras" untuk mendorong orang agar divaksinasi. Meskipun dia tahu dia tidak memiliki dasar hukum.“(Dia) tahu bahwa tidak divaksinasi adalah pilihan hukum. Belum ada undang-undang yang memaksa vaksinasi terhadap covid-19, apalagi mengkriminalisasikannya. Saat ini tersedia, vaksin masih dalam tahap uji coba,” kata Guevarra kepada wartawan melalui pesan teks.
Juru bicara kepresidenan Harry Roque, mantan pengacara, mengatakan orang bisa dipaksa untuk divaksinasi.
“Itu jelas. Dalam yurisprudensi Filipina dan Amerika, kami dapat memaksa vaksinasi wajib, tetapi harus ada dasar hukum untuk itu. Kami membutuhkan peraturan atau undang-undang yang akan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang menolak untuk divaksinasi,” tuturnya.
Senator oposisi Risa Hontiveros, sementara itu, menantang Duterte karena tidak meyakinkan orang Filipina tentang keamanan vaksin.
“Alih-alih meredakan ketakutan publik, dia malah mengancam warga Filipina. Kami telah berada dalam keadaan darurat nasional selama setahun, dan pemerintah seharusnya menggunakan sumber dayanya untuk menyediakan vaksin yang aman dan efektif. Ini tidak dilakukan,” menurut Hontiveros.
Rekan Senator Nancy Binay, sementara itu, mencatat antrean panjang di tempat vaksinasi terbatas.
“Keraguan vaksin bukanlah masalah, pasokan vaksin adalah masalahnya. Kita perlu mengatasi itu,” sebutnya.
Filipina adalah salah satu titik panas covid-19 di Asia Tenggara. Departemen kesehatan pada hari Selasa melaporkan bahwa mereka telah mencatat 3.666 infeksi baru semalam, mendorong total nasional menjadi lebih dari 1,36 juta.
Pada Senin, pemerintah mengumumkan bahwa mereka mendapatkan kontrak untuk 40 juta dosis vaksin covid-19 dari Pfizer-BioNTech, untuk menambah 12,7 juta dosis dari berbagai produsen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News