Warga Myanmar menentang kudeta militer dengan lakukan protes. Foto: AFP
Warga Myanmar menentang kudeta militer dengan lakukan protes. Foto: AFP

Kedutaan Tiongkok Jadi Sasaran Demo Massa Antikudeta Myanmar

Fajar Nugraha • 11 Februari 2021 15:39
Yangon: Ratusan pengunjuk rasa yang menentang kudeta Myanmar berdemonstrasi di Kedutaan Besar Tiongkok di Yangon pada Kamis 11 Februari 2021. Mereka menuduh Beijing mendukung junta militer.
 
"Dukung Myanmar, Jangan dukung diktator," baca satu plakat dalam bahasa Mandarin dan Inggris, seperti dikutip Nikkei, Kamis 11 Februari 2021.
 
Seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada media Myanmar: “Tiongkok tampaknya bertindak untuk mendukung kudeta militer."

Kedutaan Tiongkok tidak segera menanggapi tuduhan tersebut. Pada Rabu malam, mereka memposting pernyataan di Facebook yang menolak laporan di Internet tentang pesawat Tiongkok yang membawa personel teknis.
 
Baca: Myanmar Kembali Lakukan Penangkapan, Ajudan Suu Kyi Jadi Sasaran.
 
Menurut pihak kedutaan, satu-satunya penerbangan adalah penerbangan kargo reguler yang mengimpor dan mengekspor barang seperti makanan laut.
 
Ketika ditanya tentang rumor bahwa Negeri Tirai Bambu mengirim peralatan dan ahli IT ke Myanmar, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengatakan dia belum mendengarnya.
 
"Ada informasi dan rumor palsu tentang Tiongkok tentang masalah yang berkaitan dengan Myanmar," katanya, menegaskan bahwa Tiongkok mengikuti situasi dengan cermat dan berharap semua pihak memperhatikan perkembangan dan stabilitas nasional.
 
Selama ini Tiongkok secara tradisional dipandang dengan kecurigaan di  Myanmar. Di mana Tiongkok memiliki kepentingan ekonomi dan strategis yang signifikan dan sering mendukung posisi Myanmar terhadap kritik Barat.
 
Di saat negara-negara Barat mengutuk keras kudeta 1 Februari, Tiongkok lebih berhati-hati - menekankan pentingnya stabilitas. Beberapa media pemerintah Tiongkok bahkan menyebut pengambilalihan tentara sebagai "perombakan kabinet".
 

 
Namun Tiongkok tetap menyetujui pernyataan Dewan Keamanan PBB yang menyerukan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan tahanan lainnya. Mereka juga menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat.

Sanksi AS

Sementara Amerika Serikat (AS) sudah menerapkan sanksi baru kepada Myanmar. Sanksi itu ditujukan kepada para jenderal Myanmar dan akan membekukan asetnya.
 
"Mereka telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukannya dan sekarang mereka melakukannya. Selain itu, saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan,” ujar Juru bicara militer Zaw Min Tun.
 
Baca: Biden Bekukan Aset Para Jenderal Myanmar.
 
Sanksi AS ke para jenderal pun didukung oleh rakyat Myanmar.  Seorang pemilik bengkel mobil yang memprotes di dekat Jalan Pagoda Sule di pusat kota Yangon berkata: "Kami mendengar bahwa AS akan terus membantu rakyat Myanmar. Sanksi tersebut akan memblokir bisnis militer, jadi kami menyambut baik tindakan semacam itu.
 
“Kami akan melanjutkan pembangkangan sipil untuk mengakhiri kediktatoran. Militer tidak dapat berbuat apa-apa tanpa rakyat,” tegasnya.
 
Seorang pengunjuk rasa lainnya, seorang pegawai penjualan dan pemasaran, berkata: "Saya ingin komunitas internasional mengambil tindakan nyata terhadap militer daripada hanya mengeluarkan pernyataan. Organisasi internasional sudah mengetahui situasinya. Mereka perlu mendukung demokrasi."
 
Militer hingga saat ini masih menangkap orang dekat Aung San Suu Kyi. Salah satu ajudannya,  Kyaw Tint Swe, ditahan semalam dalam gelombang penangkapan baru.
 
Kyaw Tint Swe pernah menjabat sebagai menteri di Kantor Penasihat Negara di bawah Suu Kyi. Anggota komite informasi NLD Kyi Toe mengatakan Kyaw Tint Swe dan empat lainnya diculik dari rumah mereka.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan