Alok Sharma dijadwalkan bertemu sejumlah menteri kabinet Presiden Joko Widodo. Nantinya, ia juga akan menggelar konferensi pers dengan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif pada Kamis mendatang.
Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Medcom.id dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Senin, 14 Februari 2022, Alok Sharma baru-baru ini memperingatkan bahwa Pakta Iklim Glasgow yang bersejarah untuk mengatasi perubahan iklim, yang ditandatangani oleh hampir 200 negara termasuk Indonesia, hanya akan menjadi sebuah “kata-kata di atas kertas” sampai ada tindakan yang diambil terhadap komitmen yang dibuat di Glasgow.
Indonesia sangat penting untuk aksi iklim mengingat ukuran negara ini; statusnya sebagai Presiden G20 tahun ini memberikan peran penting dalam membangun komitmen-komitmen yang telah dibuat; dan sumber dayanya. Indonesia memiliki tingkat hutan yang tinggi termasuk hutan tropis terbesar ketiga di dunia, dan hutan sangatlah penting bagi jutaan mata pencaharian serta untuk menyerap emisi gas rumah kaca.
Indonesia juga memiliki tingkat bahan bakar fosil yang tinggi, terutama batubara. Secara global, penggunaan batubara perlu dihentikan secara bertahap dengan cepat untuk mencegah pemanasan global yang terburuk.
Di Glasgow, semua negara penandatangan menegaskan kembali tujuan Perjanjian Paris untuk mengejar upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius, untuk mencoba menghindari dampak terburuk dari pemanasan global; dan untuk meninjau kembali serta memperkuat target 2030 dalam kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) sebagaimana diperlukan untuk menyelaraskan dengan tujuan ini sebelum COP27. Semua negara berjanji akan mengambil tindakan untuk menghentikan secara bertahap pembangkit listrik batu bara dan menghapus secara bertahap subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien.
Perubahan iklim tetap menjadi prioritas utama bagi Inggris, yang mempertahankan Kepresidenan COP hingga COP27 di Mesir pada bulan November. Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan dia memandang hal ini sebagai tugasnya, yaitu memastikan tindak lanjut untuk mengatasi ancaman perubahan iklim yang kita semua hadapi - dan berfokus sepenuhnya "pada pencapaian".
Presiden COP26 Alok Sharma mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya sejak COP26, untuk mengeksplorasi bagaimana Indonesia berencana memenuhi komitmennya yang dibuat di Glasgow, dan bagaimana Inggris dapat mendukung upaya tersebut, termasuk bagaimana Inggris dapat membantu menyatukan masyarakat internasional dan Indonesia secara bersama untuk menyetujui kelanjutan bantuan internasional, yang dapat memungkinkan Indonesia menghapus secara bertahap penggunaan batubara dengan lebih awal, dari tahun 2040-an; serta menciptakan lingkungan investasi guna membiayai dan mempercepat transisi menuju energi baru terbarukan.
Alok Sharma akan bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Ia juga akan mengunjungi tanggul laut Jakarta bersama pakar mitigasi bencana iklim Indonesia Dr Harkunti Rahayu, pemenang Hadiah Newton 2019. Beliau akan mendengar penjelasan dari Dr Harkunti dan menyaksikan secara langsung langkah-langkah yang telah diambil Indonesia untuk melindungi Jakarta dari resiko tenggelam.
Kesiapan penting untuk menghadapi naiknya permukaan laut yang telah disebabkan oleh perubahan iklim, serta ancaman meningkatnya bahaya banjir secara dramatis di seluruh dunia, adalah contoh kuat dari tantangan-tantangan adaptasi. Menggandakan pendanaan untuk adaptasi sebelum akhir tahun 2025 adalah salah satu dari 4 tujuan utama Inggris untuk COP26, dan kemajuan substansial telah dicapai.
Membatasi dan mengurangi dampak perubahan iklim akan menguntungkan negara-negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, seperti Indonesia. Melalui Newton Fund, Inggris mendanai penelitian ilmiah bersama para peneliti dari Inggris dan Indonesia, guna mendukung Indonesia dalam beradaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim.
Alok Sharma juga akan bertemu dengan Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) untuk diskusi mendalam dengan Bapak Dino Pati Djalal mengenai 'apa langkah selanjutnya' untuk perubahan iklim; dan menjawab pertanyaan dari media secara daring dalam sebuah jumpa pers dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
“Melalui tahun Kepresidenan COP26 kami, Inggris akan terus bekerja dengan semua negara, termasuk Indonesia, untuk mewujudkan komitmen dalam Pakta Iklim Glasgow yang bersejarah menjadi tindakan. Indonesia, sebagai Presiden G20, memiliki peran penting untuk memastikan negara-negara memenuhi apa yang mereka janjikan di Glasgow," ucap Alok Sharma.
"Transisi ke ekonomi nol bersih merupakan peluang ekonomi yang sangat besar bagi setiap negara dan sektor," sambungnya.
"Sebagai ekonomi yang tumbuh cepat dengan potensi energi baru terbarukan yang signifikan, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin iklim internasional dan kami ingin mendukung dan mengakui ambisinya," ungkap Alok Sharma.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Owen Jenkins mengatakan bahwa Alok Sharma akan mengunjungi Indonesia untuk melihat pekerjaan yang sedang berlangsung di sini. Inggris ingin bekerja sama dengan Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim, dan telah melakukannya melalui dialog FACT, yang mendukung perdagangan komoditas berkelanjutan, dan diketuai bersama oleh Indonesia dan Inggris; program Mentari Low Carbon Development dan Friends of Indonesia Renewable Energy (FIRE) Dialogues yang berkolaborasi dalam transisi energi Indonesia; dan kemitraan Indonesia-Inggris di bidang kehutanan yang telah berjalan cukup lama, dalam upaya mendukung upaya Indonesia mempromosikan pembangunan berkelanjutan di sektor kehutanan, menghentikan deforestasi ilegal dan mempromosikan perdagangan kayu legal.
"Dunia sudah berubah dengan cepat. Produksi tenaga surya dan angin meningkat 7 kali lipat hanya dalam 10 tahun, sementara jaringan tenaga batu bara telah berkurang lebih dari 75% sejak 2015. Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa sekitar 30 juta pekerja baru dibutuhkan pada 2030 untuk memenuhi peningkatan permintaan di ekonomi bersih. Ini memberi negara seperti Indonesia – dengan potensi besar dalam energy baru terbarukan dan cadangan nikel – peluang besar," tutur Dubes Owen.
"Sejak COP26 kami telah menjajaki hal-hal lain yang dapat kami lakukan untuk mendukung Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim dengan percaya diri dan ambisius. Kunjungan Bapak Sharma akan membantu memajukan pekerjaan ini lebih jauh lagi," pungkasnya.
Baca: Indonesia Tindaklanjuti Hasil COP26
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News