"Yang kita sebut karbon netral itu adalah kita mengendalikan karbon, sama sekali tidak boleh ada emisi," tutur Siti Nurbaya dalam diskusi yang diselenggarakan PPI UK dan PPI Greater Glasgow, Selasa, 2 November 2021.
Ia mengatakan, Indonesia berkomitmen kuat agar hal tersebut tercapai. Siti Nurbaya menuturkan, jika Indonesia benar-benar berusaha, target tersebut bisa tercapai.
Siti juga mengatakan, dukungan internasional termasuk pendanaan sangat penting untuk membantu Indonesia mencapai target Nol Emisi 2050 tersebut.
"Dukungan Inggris yang sudah disampaikan tadi itu sangat membantu kita. Mereka memahami apa yang kita butuhkan untuk mencapai target tersebut," tuturnya.
Meski demikian, Siti Nurbaya mengatakan, waktu yang dimiliki Indonesia sangat terbatas. Ia membandingkan dengan Eropa yang sudah melakukan pengurangan emisi karbon sejak 1979.
"Kita istilahnya seperti 'dipaksa' untuk nol pada 2050, dan kita sudah sampaikan kepada internasional mengenai teknologinya dan kemudian dukungan finansialnya," lanjut Siti Nurbaya.

Menteri LHK Siti Nurbaya saat diskusi dengan mahasiswa Indonesia di Inggris. Foto: PPI UK
Namun, katanya, Indonesia mulai berhasil di beberapa bidang, salah satunya kurangnya kebakaran hutan. Bahkan, lanjut Siti Nurbaya, jumlah kebakaran hutan Indonesia jauh di bawah Eropa, Amerika dan Australia.
Ia mengatakan, banyak yang dipersiapkan Indonesia untuk mencapai hasil ini. Meski demikian, ia mengakui, pendanaan menjadi salah satu tantangan untuk penanganan perubahan iklim.
"Finansial menjadi tantangan luar biasa dan hal yang paling penting untuk perkembangan ini," terangnya.
Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berkomitmen untuk memperkuat kerja sama dengan Indonesia, termasuk di bidang ekonomi hijau.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyebutkan, Johnson akan mendukung Indonesia dalam transisi ekonomi dan energi.
"Perdana Menteri Inggris berkomitmen mendukung Indonesia dalam melakukan transisi ekonomi dan energi dengan memberikan perhatian pada perkembangan hydropower dan geothermal," tuturnya.
Johnson menyatakan, pentingnya dukungan berupa investasi hijau, dukungan multilateral development banks, dan teknologi hijau yang terjangkau. Oleh karena itu, Inggris, lanjut PM Johnson, akan mempersiapkan kredit ekspor yang dapat digunakan untuk mendukung kerja sama transisi ekonomi dengan Indonesia.
Pertemuan bilateral kedua pemimpin negara tersebut akan ditindaklanjuti dengan pertemuan teknis guna membuat daftar kerja sama yang diprioritaskan serta model pendanaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News