Penembakan pertama terjadi di El Paso Texas pada Sabtu 3 Agustus. Seorang pemuda berusia 21 tahun menembakkan senapan AK-47 secara acak ke kerumunan orang di pusat perbelanjaan Walmart. Penembakan tersebut menewaskan 20 orang dan melukai puluhan lainnya.
Kurang dari 13 jam kemudian, seorang penembak membunuh sembilan orang di Dayton, Ohio. Pelaku ditembak mati petugas keamanan.
"Ada sembilan korban tewas, dan 16 terluka yang kini sedang dirawat di rumah sakit," kata Letnan Kolonel Kepolisian Dayton, Matt Carper, dikutip dari laman AFP, Minggu 4 Agustus 2019.
Berdasarkan pemeriksaan di lokasi, pelaku menggunakan "senapan panjang dengan beberapa amunisi" saat beraksi tadi malam. Polisi masih berusaha mengidentifikasi pelaku, dan beberapa agen Biro Investigasi Federal (FBI) juga berada di lokasi untuk memberikan bantuan.
Carper mengatakan investigasi penembakan di Ohio akan berlanjut hingga malam. Pihaknya menduga penembakan ini hanya dilakukan satu orang.
Presiden AS Donald Trump mendeskripsikan penembakan di El Paso sebagai "aksi seorang pengecut." Sementara polisi untuk sementara menganggap penembakan tersebut sebagai kasus kejahatan bernuansa kebencian terhadap imigran.
Dugaan didasarkan pada sebuah manifesto anti-imigran yang ditemukan polisi terkait penembakan di El Paso.
Tragedi di El Paso dimulai beberapa menit menjelang pukul 11.00 pagi waktu setempat. Lokasi penembakan adalah Walmart di distrik perbelanjaan populer dekat Cielo Vista Mall. Saat penembakan, Walmart sedang didatangi banyak orang.
Beto O'Rourke, mantan anggota kongres AS untuk El Paso, mengakhiri kampanye pemilihan umum presiden setelah terjadinya penembakan.
"Saya sangat sedih atas kejadian ini. Tapi saya rasa El Paso adalah tempat terkuat di dunia, masyarakat di sini akan tetap tegar menghadapi ini semua," tutur O'Rourke.
Elizabeth Warren, seorang senator yang turut mencalonkan diri dalam pilpres AS dari Partai Demokrat, menegaskan bahwa "kita semua harus segera bertindak untuk mengakhiri wabah kekerasan bersenjata api di negara ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News