Mobil militer yang membawa abu Fidel Castro (Foto: AFP)
Mobil militer yang membawa abu Fidel Castro (Foto: AFP)

Abu Fidel Castro Disemayamkan di Makam Che Guevara

Arpan Rahman • 01 Desember 2016 15:45
medcom.id, Havana: Salah satu legenda ganda terkenal dalam sejarah untuk sementara bersatu kembali, pada Rabu 30 November. Abu jasad Fidel Castro tiba di sebuah makam sesama revolusioner, Ernesto "Che" Guevara, sebagai bagian dari iring-iringan selama tiga hari bagi sang pemimpin Kuba.
 
Castro dikremasi setelah wafat, pada Jumat 25 November, di usia 90. Abunya diangkut dalam sebuah iring-iringan militer membalik rute dari Santiago de Cuba ke Havana yang ditempuh rombongan gerilyawannya dalam revolusi untuk menggulingkan presiden yang didukung Amerika Serikat (AS) pada 1959.
 
(Baca: Tokoh Revolusi Kuba, Fidel Castro Wafat di Usia 90 Tahun).
 
Beberapa ribu pelayat berkumpul menyambut konvoi di makam, di luar Santa Clara, pusat kota di mana dokter asal Argentina yang berubah jadi revolusioner, Guevara, tergelincir dalam kereta lapis baja pada pertempuran melawan tentara Presiden Fulgencio Batista yang membantu mengakhiri perang bagi kemenangan para gerilyawan.
 
Sebuah plakat besar bergambar Fidel terbentang di dasar patung Guevara setinggi hampir 7 meter, dengan baret di kepalanya saat maju ke medan perang. Kata-kata di plakat menyebutkan "Sampai Menang, Selalu," frasa yang ditulis Guevara dalam salam perpisahan kepada Fidel.
 
"Di atas panggung, musisi balada dan kelompok  teater beraksi," seperti disitir Daily Mail dari Reuters, Kamis (1/12/2016).
 
"Ini tempat suci bagi kita, karena Che bersemayam di sini. Sekarang Fidel akan menghabiskan malam bersama kawan bertempurnya," kata Pedro Pineda, 70, seorang pekerja di sebuah pabrik pengolahan daging.
 
(Baca: Ribuan Rakyat Kuba Iringi Perjalanan Abu Jenazah Fidel Castro).
 
Sebelumnya, kerumunan berbaris di jalanan, meneriakkan "Fidel!" Bendera-bendera kecil Kuba melambai-lambai kepada pria yang memerintah Kuba selama 49 tahun dengan campuran karisma dan kemauan baja. Ia menciptakan sebuah negara komunis di ambang pintu Amerika Serikat (AS) dan menjadi tokoh sentral dalam Perang Dingin.

Abu Fidel Castro Disemayamkan di Makam Che Guevara
Warga mengiringi abu jenazah Fidel Castro (Foto: AFP).

 
Abu jenazahnya perlahan didorong di karavan belakang sebuah jip militer yang berangkat dari Havana dan berjalan pilu melintasi beberapa kota, pada Rabu 30 November.
 
Peti mati yang berisi abunya akan berhenti di monumen yang berisi tulang-belulang Guevara semalaman, sebelum berlanjut menuju Santiago de Cuba, kota di tenggara di mana Castro melancarkan pemberontakan melawan Fulgencio Batista pada 1953.
 
Di sana, Castro akan dimakamkan, pada Minggu 4 Desember, di pemakaman yang juga tempat peristirahatan terakhir dari pahlawan nasional abad ke-19 Jose Marti dan musisi fenomenal, Compay Segundo.
 
Castro meninggal satu dekade setelah mengundurkan diri karena kesehatan yang buruk dan menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Presiden saat ini Raul Castro, 85 tahun.
 
Guevara dan Fidel Castro bertemu di Meksiko. Mereka berlatih dan membeli senjata dalam persiapan untuk revolusi Kuba sebelum berlayar ke pulau itu, pada 25 November 1956.
 
Kedudukan Guevara naik menjadi salah seorang yang terpenting dalam pasukan pemberontak dan kemudian di pemerintahan revolusioner. Ia mengepalai bank sentral dan kementerian industri, bertemu para pemimpin dunia dan akhirnya mengangkat senjata lagi guna memicu revolusi di negeri lain di Amerika Latin.
 
Saat Batista melarikan diri dari Kuba dan gerilyawan Castro menyapu bersih Havana, Guevara mendirikan markasnya di benteng La Cabana yang menghadap kota. Di tempat itu, dia mengawasi persidangan para antek Batista yang dieksekusi oleh regu tembak di parit.
 
Ketenaran dan karisma pejuang tampan tersebut hanya cocok berdampingan Castro dan terus hidup setelah ia ditangkap dan dieksekusi oleh tentara Bolivia yang didukung CIA pada 1967, ketika berusia 39 tahun.
 
Jasad Guevara digali dari kuburan massal dan dikuburkan di Santa Clara pada 1997, saat  Komunisme Kuba -- yang ikut dia bangun -- berjuang untuk bertahan hidup setelah runtuhnya Uni Soviet.
 
Tatkala pemakaman, Castro menyebut Guevara "nabi." Lewat pesan yang diarahkan kepada mendiang kawannya itu, dia katakan Kuba masih mengibarkan bendera sosialisme.
 
Sementara kedua orang itu dibenci oleh musuh-musuhnya, yang mengatakan mereka menghancurkan perekonomian dengan sosialisme dan secara kejam memenjarakan atau membungkam para lawan dengan gaya kediktatoran Soviet. Namun, mereka adalah pahlawan anti-imperialis bagi banyak orang, terutama di Amerika Latin dan Afrika.
 
"Mereka adalah dua raksasa dalam sejarah kami, mereka berjuang untuk tanah air kita dan kedaulatan kami," kata mahasiswa Eduardo Jose Manresa, 17 tahun.
 
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan