medcom.id, Matanzas: Saat iring-iringan kendaraan bermotor membawa abu jenazah Fidel Castro melintasi bagian utara pantai kota, Freedom Plaza, Rabu 30 November, rakyat berkerumun dari trotoar, balkon, bahkan sampai ke jendela bar untuk melantunkan namanya.
"'Soy Yo Fidel!' ('Fidelku!'), ratusan orang berteriak dalam bahasa Spanyol. "'Viva Fidel!' ('Hidup Fidel')," teriak warga.
Bendera Kuba berkibar, banyak telepon seluler merekam adegan itu, dan beberapa orang menangis. Dan sesaat kemudian, konvoi menghilang sepanjang jalan di mana ribuan orang Kuba menunggu untuk melihat sekilas guci yang berisi abu Castro, demi mengucapkan selamat tinggal.
"Saya terharu," kata Juana Inelda Fernandez setelah melihat iring-iringan dengan pengawalan polisi, kendaraan militer, dan truk menarik sebuah karavan.
Dilansir USA Today, Rabu (30/11/2016), kumpulan massa mengular di sepanjang jalan iring-iringan dari Havana ke Santiago de Cuba guna menghormati mantan presiden ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Iring-iringan meninggalkan Havana, Rabu pagi, setelah mengingat kembali rute Castro menuju Havana pada Januari 1959 manakala mengobarkan revolusi, yang dikenal sebagai Caravana de la Libertad, atau Karavan Pembebasan.
Abu Castro dijadwalkan sampai di Santiago, pada Sabtu 3 Desember, ketika penghormatan publik akan diadakan sebelum pemakaman pribadi digelar Minggu 4 Desember.
Fernandez, 65, mengatakan dia datang ke Matanzas, ibu kota provinsi di sepanjang Teluk Matanzas, setelah berjalan setengah jam. Perempuan ini bebas pergi setelah memeriksakan diri ke dokter yang merawat penyakit kankernya. Dia berkata, ayahnya petani tebu, pengagum Castro.
"Jaga dia, karena yang seperti dia, tidak akan datang lagi," kata Fernandez mengutip cerita ayahnya.
Fernandez, berusia 9 tahun tatkala Castro melancarkan revolusi. Setelah Castro menang, katanya, gaji ayahnya naik, dan sekolah mendapat perbaikan. Putri ayahnya sekarang jadi insinyur.
Pada Rabu, ia teringat ayahnya, yang meninggal lima tahun silam. "Jika dia melihat semuanya, saya yakin dia akan menangis," katanya.
Tamara Olivera menitikkan air mata tatkala berkata, berkat Fidel Castro, ia bisa kuliah. "Ini berguna bagi seluruh hidup saya," katanya.
Olivera mengaku percaya apa yang dilakukan Castro sebagian besar memenuhi apa yang dia janjikan. "Kalau dia membuat kesalahan," katanya, "Itu karena kurangnya pengalaman, tidak sengaja."
Dia tidak merasa situasi ekonomi Kuba saat ini buruk, di mana gaji rata-rata sekitar USD20 per bulan. Dia mengantongi pensiun 270 peso Kuba, atau sekitar USD9 sebulan.
"Kami menghabiskan begitu banyak kebutuhan dan penderitaan dalam sistem lain yang mungkin menjadi salah satu sebab kami menghargai apa yang kita miliki saat ini," katanya.
Reinaldo Rodriguez, 65, juga ingat munculnya Castro di Matanzas pada 1959. Dia masih berumur 8 tahun. Orang tuanya punya persil tanah kecil yang dipakai beternak sapi. Jika Castro tidak merebut kekuasaan, dirinya akan tetap berkubang di lahan itu. Sebaliknya, kini dia jadi insinyur.
Antonio Gonzalez, 26, terkejut ketika mendengar kematian Castro saat menonton TV dengan teman-temannya. "Kami tahu dia harus mati, tapi kami tidak siap," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id