Donald Trump di tengah isu peretasan Rusia terkait pemilu AS (Foto: AFP).
Donald Trump di tengah isu peretasan Rusia terkait pemilu AS (Foto: AFP).

Trump: Peretasan Tak Pengaruhi Hasil Pemilu

Arpan Rahman • 07 Januari 2017 10:27
medcom.id, New York: Donald Trump menegaskan bahwa peretasan oleh kekuatan asing tidak membuat bergoyang pemilu Amerika Serikat (AS). Penegasan muncul setelah penjelasan tentang laporan intelijen yang menyalahkan Vladimir Putin dari Rusia melakukan kampanye siber untuk menyingkirkan Hillary Clinton dari Gedung Putih.
 
Telah berminggu-minggu Trump menolak kesimpulan komunitas intelijen bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu. Sekarang, presiden terpilih menerima kemungkinan bahwa Moskow terlibat dalam peretasan yang menyasar AS termasuk Komite Nasional Partai Demokrat.
 
Dalam sebuah pernyataan, setelah bertemu empat kepala badan intelijen, Trump mengakui bahwa serangan siber oleh Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain mengancam institusi, partai politik, dan bisnis Amerika.
 
 
Tapi tidak tercetus dia langsung menerima kesimpulan kepala intelijen bahwa Moskow menggencarkan upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempengaruhi pemilu AS 2016 dengan peretasan dan pembocoran sejumlah dokumen. Dikatakan dalam sebuah laporan baru, bahwa aksi itu juga bertujuan demi meningkatkan kampanye Trump.
 
"Memang Rusia, Tiongkok, negara-negara lain, kelompok luar, dan ada orang-orang yang secara konsisten mencoba menerobos infrastruktur siber lembaga pemerintah kita, bisnis dan organisasi termasuk Komite Nasional Demokrat. Tapi itu benar-benar tidak berpengaruh pada hasil pemilu," kata Trump dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Sabtu (7/1/2017).
 
Trump bertemu kepala Direktorat Intelijen Nasional (DNI), Central Intelligence Agency (CIA), Biro Investigasi Federal (FBI), dan Badan Keamanan Nasional (NSA) di New York, Jumat 6 Januari. Mereka membahas laporan dari semua lembaga itu yang baru selesai mengenai dugaan gangguan Moskow.
 
Sebuah ringkasan, versi yang diklasifikasikan dalam laporan -- dirilis ke publik oleh Direktur Intelijen Nasional, tak lama setelah pertemuan itu. Di dalamnya mengungkap Putin secara pribadi memerintahkan kampanye peretasan dan manipulasi media untuk melemahkan calon Demokrat, Clinton, yang secara luas diperkirakan memenangkan pemilu November 8.
 
Laporan ini menawarkan beberapa bukti baru tentang bagaimana berbagai badan intelijen AS mencapai kesimpulan mereka, dan Rusia membantah campur tangan pemilu.
 
Presiden Barack Obama sudah mengambil tindakan balasan pada 29 Desember. Ia usir 35 diplomat Rusia yang katanya beroperasi intelijen, dan memberi sanksi terhadap pejabat Rusia lainnya dan sejumlah lembaga.
 
 
 
"Salah satu hal yang membuat saya prihatin adalah sejauh mana kita telah melihat banyak komentar akhir-akhir ini di mana di antaranya ada yang dari Partai Republik, para pakar atau komentator TV kabel yang tampaknya lebih percaya pada Vladimir Putin daripada sesama orang Amerika hanya karena sesama orang Amerika itu berasal dari Partai Demokrat. Itu tidak benar," kata Obama dalam petikan wawancara yang direkam untuk mengudara pada Minggu 8 Januari dalam program "This Week" di stasiun ABC.
 
CIA identifikasi pejabat Rusia peretas data pemilu
 
CIA telah mengidentifikasi pejabat Rusia yang membocorkan hasil retasan dari Komite Nasional Demokrat (DNC) dan para pemimpin partai itu kepada WikiLeaks dalam arahan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui tangan pihak ketiga. Para pejabat senior Amerika Serikat (AS) membocorkan laporan intelijen AS yang terbaru, Kamis 5 Januari.
 
Para pejabat secara anonim mengatakan, Central Intelligence Agency (CIA) dan lembaga intelijen lain telah menyimpulkan bahwa Pemerintah Rusia meningkatkan upaya mendiskreditkan proses pemilu AS untuk membantu kampanye Presiden terpilih Donald Trump.
 
 
Penilaian intelijen sudah disampaikan kepada Presiden Barack Obama dan mereka akan memberi pengarahan kepada Trump, pada Jumat 6 Januari. Trump menolak penilaian komunitas intelijen yang meluas bahwa Rusia menggencarkan serangan siber selama kampanye pemilu guna melemahkan kandidat Demokrat, Hillary Clinton.
 
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan