medcom.id, Washington: Jajaran kepala intelijen Amerika Serikat (AS) akan bersaksi di Kongres, Kamis 5 Januari, atas dugaan gangguan Rusia dalam pemilu AS. Presiden terpilih Donald Trump terus mempertanyakan intelijen soal Moskow berada di balik peretasan komputer Partai Demokrat.
Publik Amerika bisa mendapat ide yang lebih baik berdasarkan bukti-bukti kuat dugaan peretasan saat Komite Angkatan Bersenjata Senat (SASC) menggelar sidang dipimpin oleh kritikus tajam Rusia, John McCain, yang pada Rabu 4 Januari, menyebut tindakan Moskow untuk menumbangkan pemilu presiden AS adalah "tindakan perang".
Direktur Intelijen Nasional (DNI) James Clapper dan Direktur Badan Keamanan Nasional (NSA) Michael Rogers akan bersaksi di tengah keretakan sengit antara Trump dan sejumlah badan intelijen yang akan dia andalkan memberi nasihat penting ketika menjadi presiden pada 20 Januari.
Dalam tweet pekan ini, Trump mengejek kesimpulan CIA dan FBI, yang didukung oleh Presiden saat ini Barack Obama, bahwa peretas bekerja atas perintah pemerintah Rusia mencuri dokumen Partai Demokrat yang memalukan dari komputer partai dan dibocorkan melalui WikiLeaks buat melemahkan kampanye presiden rival Trump, Hillary Clinton.
Mengacu presentasi yang direncanakan kepadanya oleh kepala intelijen, Trump menulis tweet: "Pengarahan 'Intelijen' pada apa yang disebut 'peretasan Rusia' ditunda hingga Jumat, mungkin lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah kasus. Sungguh aneh!"
Dia lantas menambahkan penghinaan dengan mengutip pendiri WikiLeaks, Julian Assange, soal penyingkirannya lantaran temuan beberapa lembaga AS bahwa Rusia berada di balik peretasan.
"Kata Julian Assange 'anak berusia 14 tahun bisa merestas (email) Podesta' -- mengapa DNC begitu ceroboh?" Trump berkata, mengacu pada ribuan email dan dokumen yang dirampok dari komputer Komite Nasional Demokrat dan kepala kampanye Clinton, John Podesta.
Ejekan Trump telah meningkatkan tekanan pada Gedung Putih, CIA, FBI, dan DNI untuk mendukung klaim mereka, bulan lalu, bahwa pemerintah Rusia berada di balik peretasan, sengaja membocorkan dokumen melalui WikiLeaks agar pemilu terganggu dan membantu Trump.
Kepala badan intelijen dan Obama telah menuding Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka katakan, tidak ada operasi seperti itu bisa terus berlanjut di Moskow tanpa persetujuan tingkat tinggi.
Pada 29 Desember, Obama mengusir 35 diplomat Rusia yang "beroperasi intelijen," meletakkan sanksi atas para pejabat pemerintah Rusia dan intelijen, dan para terduga peretas.
Namun bukti yang dipublikasikan oleh agen intel tetap tipis, hingga memungkinkan Trump, yang sudah jelas ingin memperbaiki hubungan sepenuhnya dengan Rusia, untuk menantang kemapanan intelijen AS.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, Rabu, bahwa Trump sudah bekerja pada sebuah rencana buat merestrukturisasi Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang Trump percaya "telah menjadi bengkak dan dipolitisasi," WSJ melaporkan, mengutip para pejabat perencanaan.
"Rencana tersebut juga dapat mencakup pembenahan CIA, mengurangi staf kantor pusat, dan meningkatkan penyebaran agen di lapangan," kata WSJ seperti dilansir AFP, Kamis (5/1/2017).
Trump akan diberi pengarahan, Jumat 6 Januari, oleh kepala CIA, FBI dan DNI soal bukti di balik kesimpulan mereka tentang gangguan pemilu oleh Rusia. Dan versi yang dibuka ke publik dari laporan Gedung Putih mengenai kasus ini diharapkan rilis pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News