JD Vance (Kiri) dan Donald Trump (Kanan). (Stephen Maturen / Getty)
JD Vance (Kiri) dan Donald Trump (Kanan). (Stephen Maturen / Getty)

Pandangan Luar Negeri Trump-Vance: Dukungan Penuh untuk Israel, Ukraina Dikurangi

Riza Aslam Khaeron • 07 November 2024 14:06
Jakarta: Presiden dan Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) tahun 2024, Donald Trump dan JD Vance membawa pandangan yang unik dan terkadang kontroversial dalam kebijakan luar negeri AS.
 
Keduanya memiliki pandangan yang tegas terhadap isu-isu global, mulai dari perang di Ukraina hingga hubungan dengan Tiongkok dan Timur Tengah.
 
Dengan Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS pada tahun 2024, mereka siap membawa dunia ke arah yang berbeda, dengan pendekatan "America First" yang semakin kuat.
 

Ukraina: Perdamaian yang Dipertanyakan

Donald Trump telah berulang kali mengklaim bahwa ia dapat mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina dalam waktu 24 jam. Meskipun demikian, rincian konkret mengenai bagaimana ia akan mencapainya tidak pernah diungkapkan.

Dia juga menyatakan bahwa Ukraina mungkin harus menyerahkan sebagian wilayahnya untuk mencapai perdamaian—a gagasan yang ditolak keras oleh Ukraina dan komunitas internasional.
 
Di sisi lain, JD Vance telah menunjukkan skeptisisme terhadap dukungan AS untuk Ukraina.  Vance pada 12 April 2024 memberitahu New York Times bahwa Ukraina tidak punya kemungkinan untuk menang.
 
“Pertanyaan paling fundamental: berapa banyak (dana) yang Ukraina butuhkan dan berapa banyak yang bisa kita berikan? Biden menyarankan $60 miliar dapat memberikan antara kemenangan dan kekalahan dalam perang besar antara Rusia dan Ukraina. Itu juga salah.... secara fundamental, kita tidak punya kapasitas untuk memanufaktur persenjataan yang dibutuhkan Ukraina” Ujar Vance, melansir New York Times.
 
Menekankan bahwa AS seharusnya fokus pada kepentingan domestik daripada mendukung Ukraina tanpa jaminan keberhasilan. Hal ini menandakan kemungkinan penurunan dukungan AS untuk Ukraina di bawah kepemimpinan Trump-Vance.
 

Tiongkok: Tarik Ulur Hubungan Ekonomi dan Keamanan

Trump dan Vance memiliki pandangan yang sama dalam mengambil sikap keras terhadap Tiongkok.
 
Trump juga menegaskan bahwa Taiwan harus membayar AS untuk pertahanan mereka, dan percaya bahwa Tiongkok tidak akan berani menyerang Taiwan yang dikelola secara demokratis selama ia menjabat.
 
Sikap tegas terhadap Tiongkok ini menunjukkan bahwa ketegangan terkait masalah Taiwan akan tetap berlanjut di bawah kepemimpinan Trump-Vance.
 
Trump berencana meningkatkan tarif impor Tiongkok dan membatasi kepemilikan Tiongkok atas aset di AS, terutama di sektor energi dan teknologi.
 
Trump menganggap kebijakan ini penting untuk melindungi ekonomi AS dan mengkritik Tiongkok karena 'menguasai sektor-sektor strategis', seperti yang dinyatakannya dalam kampanye di Michigan pada April 2024.
 
Sedangkan JD Vance merupakan salah satu anggota sayap kanan AS yang dikenal memiliki pandangan Asia First. Dia menyatakan bahwa AS seharusnya fokus terhadap Asia Timur daripada Eropa.
 
“Ada banyak orang-orang jahat di seluruh dunia, dan saya lebih tertaik dengan beberapa masalah di Asia Timur sekarang daripada di Eropa” Ujar Vance pada Konferensi Munich, 18 Februari 2024.
 
Vance, yang menggambarkan dirinya sebagai 'nasionalis ekonomis', menyatakan bahwa AS harus melindungi industri dalam negerinya dari persaingan Tiongkok.
 
"Jika kalian akan menggunakan tenaga kerja budak di Tiongkok, maka kalian akan mendapatkan denda besar sebelum membawa produk itu kembali ke Amerika Serikat. Itu satu-satunya cara untuk memastikan bahwa Amerika memiliki basis industri yang kuat," sebut Vance kepada Fox News, Oktober 2024.
 
Dengan fokus pada peningkatan tarif dan melindungi pekerja AS. Sikap keras terhadap Tiongkok ini menunjukkan bahwa hubungan antara AS dan Tiongkok akan tetap tegang di bawah kepemimpinan Trump-Vance.
 

Timur Tengah: Dukungan Penuh untuk Israel

Dalam konteks Timur Tengah, Trump mendukung penuh Israel, terutama dalam perang melawan Hamas di Gaza. Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017 dan merencanakan memindahkan kedutaan Amerika Serikat (AS) ke kota yang disengketakan tersebut.
 
Dalam konteks Iran, ia berjanji untuk terus memberikan dukungan militer kepada Israel tanpa syarat, dan memberikan "tangan bebas" bagi Netanyahu dalam menghadapi Iran.
 
Menjelang antisipasi serangan balasan Israel, dia pernah beberapa kali menyarankan agar Israel menyerang situs nuklir Iran, meskipun dengan protes Presiden Joe Biden.
 
"Mereka menanyakan dia (Biden), apa yang kamu pikirkan tentang Iran? Apakah kamu akan menyerang Iran? Dan dia mengatakan, 'selama mereka tidak menyerang situs nuklir'. Bukankah itu yang kita seharusnya serang?" ujar Trump dalam acara kampanye calon presiden di Carolina Utara, 4 Oktober 2024.
 
Sedangkan JD Vance juga menunjukkan dukungan penuh terhadap Israel. Dalam wawancaranya di CNN, “State of the Union” pada bulan Mei, Vance menyatakan dukungannya untuk Israel dalam perang dengan Hamas.
 
“Tujuan kita di Timur Tengah seharusnya untuk mendukung Israel untuk memiliki hubungan yang baik dengan Saudi dan negara-negara teluk Arab lainnya.. Tidak mungkin kita bisa melakukannya kecuali jika Israel mengalahkan Hamas” Ujar Vance.
 
Vance merupakan pendukung keras Israel dalam perang di Gaza. Pada pidatonya di institusi Quincy pada bulan Mei dia menyarankan agar AS “berhenti mendukung Ukraina” dan mendukung Israel secara penuh.
 
Di sisi lain, Trump juga berambisi mendorong normalisasi hubungan antara Israel dan Saudi Arabia, sebuah upaya yang sudah dimulai pada masa jabatan pertamanya.
 

Memprediksi Dunia di Bawah Kepemimpinan Trump-Vance

Di bawah kepemimpinan Trump dan Vance, dunia diprediksi akan menghadapi peningkatan ketidakpastian, dengan pendekatan yang lebih unilateral dalam kebijakan luar negeri AS.
 
Keduanya cenderung memprioritaskan kepentingan nasional dengan mengurangi komitmen terhadap aliansi dan kerja sama internasional.
 
Fokus pada keamanan domestik, peningkatan tarif, dan kebijakan proteksionis lainnya menunjukkan bahwa hubungan AS dengan banyak negara, termasuk Eropa, Tiongkok, dan sekutu-sekutu lainnya, akan terus diuji.
 
Khususnya Ukraina yang saat ini sedang berhadapan dengan invasi Rusia, diperkirakan akan mendapatkan pengurangan bantuan dari AS.
 
Dengan janji untuk "menghentikan perang, bukan memulai perang", Trump berupaya memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin yang membawa perdamaian, meskipun kebijakan-kebijakan yang diusulkannya tampaknya justru dapat memicu ketegangan di beberapa wilayah.
 
Dunia berada dalam fase transisi yang berpotensi besar untuk perubahan besar, tergantung bagaimana Trump dan Vance mengeksekusi visi mereka untuk kebijakan luar negeri AS.
 
Baca Juga:
Profil Donald Trump, Sang Trilliuner Kontroversial yang Kembali Jadi Presiden AS
Profil JD Vance, Wakil Presiden Pendamping Donald Trump

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan