Wakil Presiden Terpilih Amerika Serikat, JD Vance. (Gage Skidmore)
Wakil Presiden Terpilih Amerika Serikat, JD Vance. (Gage Skidmore)

Profil JD Vance, Wakil Presiden Pendamping Donald Trump

Riza Aslam Khaeron • 07 November 2024 10:34
Jakarta: JD Vance menjadi sorotan setelah terpilih sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat pada pemilu tahun 2024, mendampingi Donald Trump dalam masa jabatan kedua yang tidak berturut-turut.
 
Vance, yang sebelumnya menjabat sebagai senator dari Ohio, dikenal sebagai politisi kontroversial dengan latar belakang penulis, veteran, dan kapitalis ventura.
 

Kehidupan Awal dan Pendidikan

JD Vance lahir dengan nama James Donald Bowman pada 2 Agustus 1984 di Middletown, Ohio, sebuah kota kecil di Rust Belt Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga dengan akar Skotlandia-Irlandia.
 
Orang tuanya, Don dan Bev Bowman, bercerai ketika Vance masih kecil, dan ia kemudian mengubah nama belakangnya menjadi Vance, nama keluarga ibunya.

Masa kecil Vance diwarnai dengan tantangan besar, termasuk kemiskinan dan masalah kecanduan narkoba yang dialami ibunya. Karena itu, Vance dibesarkan sebagian besar oleh kakek-nenek dari pihak ibu yang telah pindah dari Kentucky ke Ohio.
 
Setelah lulus dari Middletown High School pada tahun 2003, Vance bergabung dengan Korps Marinir Amerika Serikat dan dikerahkan ke Irak dalam Perang Irak.
 
Setelah selesai bertugas, ia melanjutkan pendidikan di Ohio State University dan lulus dengan gelar Bachelor of Arts dalam ilmu politik dan filsafat pada tahun 2009. Ia kemudian melanjutkan studi di Yale Law School, tempat ia memperoleh gelar hukum pada tahun 2013.
 

Karier Bisnis dan Publikasi Buku

Setelah menyelesaikan studinya di Yale, Vance bekerja sebagai pengacara korporat di firma hukum Sidley Austin LLP dan kemudian beralih ke karier di industri teknologi sebagai kapitalis ventura.
 
Ia bekerja di berbagai perusahaan investasi, termasuk Mithril Capital milik Peter Thiel, dan mendirikan firma investasi Narya Capital di Cincinnati pada tahun 2019.
 
Pada tahun 2016, Vance menerbitkan buku berjudul "Hillbilly Elegy: A Memoir of a Family and Culture in Crisis" yang menceritakan pengalamannya tumbuh besar di Ohio dan Kentucky.
 
Buku ini memberikan gambaran yang keras tentang kehidupan di komunitas kelas pekerja di Appalachia dan menjadi best-seller, menarik perhatian publik karena dianggap menggambarkan latar belakang pendukung Donald Trump dalam pemilu 2016. Buku ini kemudian diadaptasi menjadi film pada tahun 2020 yang disutradarai oleh Ron Howard.
 

Karier Politik

Vance memulai karier politiknya dengan memenangkan pemilu senat Amerika Serikat untuk negara bagian Ohio pada tahun 2022, mengalahkan kandidat Demokrat, Tim Ryan.
 
Pada awalnya, Vance dikenal sebagai kritikus keras Donald Trump, bahkan pernah menyebut Trump sebagai "Hitler-nya Amerika".
 
Namun, pada tahun 2021, setelah memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai senator, ia mengubah pendiriannya dan mulai mendukung Trump, bahkan mengadopsi banyak kebijakan populis Trump dan menjadi pendukung setianya.
 
Pada pemilu 2024, Vance dipilih oleh Trump sebagai calon wakil presiden. Keduanya berhasil memenangkan pemilu, dan Vance menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat.
 
Pemilu ini ditandai oleh berbagai dinamika dan strategi yang menarik perhatian publik, termasuk kemenangan Trump yang cukup signifikan di Iowa yang menjadikannya sebagai calon kuat dari Partai Republik.
 
Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee pada Juli 2024 mengukuhkan Trump sebagai kandidat presiden, dengan Vance sebagai wakilnya .
 
Kampanye Trump dan Vance berfokus pada perluasan otoritas cabang eksekutif, termasuk penerapan sistem Schedule F untuk memperkuat kontrol presiden terhadap birokrasi, serta kebijakan anti-imigran yang mencakup operasi deportasi besar-besaran .
 
Selain itu, kebijakan mereka menekankan isolasionisme melalui agenda "America First", penolakan terhadap energi bersih, dan penutupan Departemen Pendidikan .
 
Sebagai sosok yang dikenal sebagai konservatif nasional dan populis sayap kanan, Vance sering mengutarakan pandangan-pandangan kontroversial tentang berbagai isu sosial dan politik, termasuk penolakannya terhadap aborsi, pernikahan sesama jenis, dan bantuan militer Amerika untuk Ukraina.
 

Posisi dan Pandangan Politik

Sebagai seorang politisi, Vance dikenal dengan pandangan konservatifnya terhadap isu-isu sosial. Ia menentang aborsi tanpa pengecualian, termasuk dalam kasus pemerkosaan atau inses, serta pernikahan sesama jenis.
 
Ia juga kerap mengkritik bantuan militer Amerika untuk Ukraina selama invasi Rusia, menyatakan bahwa Amerika seharusnya lebih fokus pada isu-isu domestik. Selain itu, Vance mengusulkan pelarangan federal terhadap perawatan afirmasi gender bagi anak-anak di bawah umur.
 
Vance sering mengkritik universitas-universitas di Amerika Serikat, yang ia sebut sebagai "musuh" karena dianggap menyebarkan ideologi progresif.
 
Ia mendukung langkah untuk mengurangi pendanaan bagi universitas yang tidak sesuai dengan pandangan konservatifnya dan memperkuat nilai-nilai keluarga tradisional.
 
Ia bahkan menyarankan agar orang tua memiliki hak suara lebih besar dibandingkan individu yang tidak memiliki anak, meskipun belakangan ia menyebutnya sebagai eksperimen pemikiran.
 

Kontroversi

Selama kampanye dan masa awal jabatannya, Vance terlibat dalam berbagai kontroversi yang mencerminkan pandangan konservatifnya yang keras.
 
Salah satu kontroversi terbesar adalah penolakannya terhadap semua bentuk aborsi, tanpa pengecualian bahkan dalam kasus pemerkosaan atau inses.
 
Hal ini mendapat kecaman luas dari kelompok pendukung hak-hak perempuan yang menganggapnya sebagai serangan terhadap hak reproduksi.
 
Vance juga dikritik keras karena pandangannya tentang imigrasi. Ia mendukung kebijakan yang sangat ketat terhadap imigran dan menolak konsep perlindungan bagi pengungsi, dengan alasan bahwa Amerika perlu fokus pada masalah dalam negeri.
 
Pandangannya ini dipandang oleh banyak pihak sebagai bentuk xenofobia yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
 
Retorika Vance yang keras terhadap universitas juga menuai banyak kontroversi. Ia menuduh bahwa lembaga pendidikan tinggi di Amerika telah "terinfeksi" ideologi liberal yang merusak moral generasi muda dan mendorong untuk membatasi pendanaan bagi universitas yang tidak sejalan dengan pandangan konservatif.
 
Hal ini memicu protes dari kalangan akademisi yang menilai bahwa kebijakan Vance berpotensi membatasi kebebasan akademik.
 
Selain itu, Vance sering kali menjadi pusat perhatian karena komentarnya mengenai komunitas LGBTQ+. Ia menentang pernikahan sesama jenis dan menyatakan bahwa keluarga tradisional adalah pilar utama stabilitas masyarakat.
 
Pernyataan ini membuatnya mendapat kritik dari kelompok LGBTQ+ dan pendukung hak-hak minoritas yang menuduhnya tidak memahami atau bahkan memusuhi komunitas tersebut.
 
JD Vance adalah figur politik yang menarik perhatian dengan perjalanan hidup yang berliku, dari masa kecil penuh tantangan hingga menjadi wakil presiden Amerika Serikat.
 
Sebagai seorang politisi, ia membawa pandangan-pandangan konservatif dan nasionalis yang kerap kontroversial, dengan fokus pada masalah keluarga, keamanan nasional, dan penolakan terhadap kebijakan-kebijakan progresif.
 
Sebagai pendamping Donald Trump, Vance berjanji akan membawa perubahan yang berfokus pada kepentingan rakyat Amerika yang selama ini merasa diabaikan oleh elit politik.
 
Baca Juga:
Profil Paslon Trump-Vance: Mantan Presiden dan Cawapres AS 2024
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan