Nyoman Nuarta menuturkan pengalamannya dalam menciptakan patung GWK. Perjalanan panjang pembuatan patung GWK dimulai sejak 1997. Karya fenomenal itu sempat terhenti beberapa waktu. Kini, Nyoman bertekad menuntaskannya dalam dua tahun.
"Kita pun sudah pikirkan bagaimana patung ini bisa sampai di Bali. Misalnya, tinggi pintu tol, seberapa besar truk pengangkutnya, itu sudah diperhitungkan. Nanti di Bali akan kita sambung dan rangkai," ucap Nyoman, saat ditemui tim Idenesia (Yovie Widianto dan Renitasari Adrian) di galeri seni rupa NuArt Sculpture Park, beberapa waktu lalu.
Kegemaran Nyoman membuat patung berukuran raksasa berawal dari karyanya, Jalesviva Jayamahe di Surabaya. Kala itu, dia punya mimpi ingin membuat patung besar, namun terkendala dana. Kemudian, Nyoman berpikir mewujudkan impiannya melalui teknologi AutoCAD, yaitu perangkat lunak untuk menggambarkan 2 atau 3 dimensi. Dia pun menggandeng rekan IT untuk mencoba merancang patung tersebu. Setelah jadi, Nyoman mematenkannya.
Dia mengaku deg-degan saat mulai pembuatan patung tersebut, sebab beberapa jenderal dan tentara ikut menyaksikan proses pembuatan patung yang menggambarkan sosok Perwira TNI Angkatan Laut yang mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) lengkap dengan pedang kehormatan yang menghadap ke arah laut ini. Dirinya pun sempat takut gagal saat nanti akan melakukan pemasangan patung yang menjadi lambang kejayaan laut Indonesia ini.
"Waktu dada dan kaki selesai, sebelum dibawa ke Surabaya, dites dulu di sini. Pakai crane, tiba-tiba ada badai keras, tapi patung tidak goyang sama sekali. Itu mungkin karena argonomik kita bagus. Dan waktu dipasangkan bisa pas, wah mereka langsung bersorak," kenang Nyoman, sembari tertawa.
Sebagai seorang seniman, Nyoman begitu peduli dengan dunianya. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan galeri seni rupa NuArt Sculpture di Jalan Setraduta Raya No L 6, Bandung. Nuansa seni kental terasa saat memasuki areal seluas 3 hektare ini. Di sana terdapat banyak pepohonan yang membuat suasana sejuk, dan bisa melihat beragam karya seni rupa dari Nyoman Nuarta.

Tepat di dekat pintu masuk galeri, pengunjung akan dibuat terkesima dengan patung Durjana. Patung ini memiliki arti khusus bagi Nyoman. Patung ini merupakan bentuk protesnya kepada Indonesia yang selalu bicara sebagai bangsa besar dan memiliki budaya besar, tapi begitu mudahnya merusak alam.
"Makanya, saya namakan Durjana, itu pengkhianat. Tangannya memanggil burung, ini lambang alam. Tapi di belakang, dia pegang pisau. Sementara, mukanya manis di depan, tapi di tengah dia seperti raksasa. Jadi, ini bentuk dari hypocreate kita," ujar Nyoman.
Tak hanya itu saja, di galerinya ini, Nyoman juga mewadahi anak muda yang ingin berkreasi dan memperlihatkan bagaimana proses mematung, "Saya harap tempat ini bisa menjadi semacam artspace untuk siapa pun. Ini sudah ada teater, jumlahnya 100 orang," imbuhnya.

Selanjutnya, Nyoman berharap besar dengan dunia patung ini. Dia mengaku prihatin karena peminat seni patung ini sangat minim.
"Agak mengecewakan, padahal kini patung modern luar biasa, pilihan bahannya apa saja bisa dipakai. Saya bikin galeri ini juga untuk mengenalkan seniman muda berbakat, supaya mereka tertarik (dengan seni patung), jadi dunia patung semakin semarak," tutup dia.
Penasaran dengan kelanjutan obrolan Yovie Widianto dan Renitasari Adrian dengan Nyoman Nuarta di galeri senirupa NuArt Sculpture? Jangan lewatkan IDEnesia di Metro TV pada Kamis(16/6/2016) pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News