Xin Lie merupakan nama panggung dari seorang pria bernama Diannov Pamungkas. Ia mulai menciptakan komposisi elektronik sejak 2017-2018 dengan menggunakan perangkat Ableton Live saat aktif menjadi broadcaster radio bersama kolektif disjoki lokal C*SSS.
Album debutnya ini, berisikan dentum setabuh waditra dogdog (perkusi tradisional) dan legenda cerita rakyat Prabu Siliwangi, lewat irama repetisi elektronik diatonik-pentatonik yang menjalar misterius.
Xin Lie mengeksplorasi darah totok Sunda miliknya dan mengolahkan kepada kita berbagai rancak dari sistem notasi tradisi 'da-mi-na-ti-la-da' berlaras pelog juga slendro dalam ranah club experimental di debut albumnya.
"Dogdog yang di-sample kepunyaan Bah Yoyo, grup reak-nya bernama Putra Buhun. Pasca Covid-19 mereka sudah tidak pernah manggung lagi karena sepi hajatan. Sekarang grup tersebut menghilang," ujar Xin Lie dari siaran pers yang diterima oleh Medcom.id.
| Baca juga: Efek Rumah Kaca hingga Voice of Baceprot Suarakan Krisis Iklim di Album Kompilasi |
Awal Mula Ketertarikan dengan Budaya & Tradisi Kesenian Sunda
Perkenalannya dengan kesenian tradisional Sunda telah dimulai sejak kecil dulu, ketika dirinya sering nongkrong bersama sebuah grup reak di wilayah Cipadung, Bandung Timur.
Reak merupakan seni tari adaptasi dari Reog Ponorogo yang memadukan Kuda Lumping dan Singa Barong. Pada saat itulah, Xin Lie sadar akan kehadiran satu set perkusi bernama dogdog sebagai instrumen pengiring untuk sesajian vokal, gerak-gerik humor bobodoran reak. Saat itu, setiap akhir pekan Xin Lie pasti ikut dalam arak-arakan reak di acara-acara sunatan.
Memori itulah yang kemudian Xin Lie adaptasi untuk disintesa: mengambil bunyi setiap teknik pikulan dogdog, lalu diprosesnya menjadi drumrack yang menjadi pokok utama ritme elektronik kontemporer.
Album Sunda Nan Ripai
Terkait iluminasi Prabu Siliwangi, Xin Lie mengaku tertarik terhadap kesaktian spiritual atau sosok mitos itu. Salah satunya tentang perwujudan macan Prabu Siliwangi.
"Kalau di film Lucy moksa menjadi flash disk. Kalau Prabu Siliwangi moksa menjadi macan," tutur Xin Lie.
Album berisikan 8 trek ini berisikan lirik berbahasa Sunda yang mengacu pada konsepsi perjalanan Prabu Siliwangi menempuh keabadian. Trek pertama "Dawuh" adalah sebutan kelahiran, komposisi pertama di album ini yang berhasil diciptakan. Kedua "Ngalengkah", atau 'melangkah', yaitu dimulainya pembelajaran bagi seorang manusia untuk hidup.
Ketiga, "Tumuwuh", fase tumbuh dengan nuansa musik trap atau hard groove. Lalu "Nyengeut Laut" atau membakar laut yang secara logika mustahil - trek yang penuh kebingungan yang ditujukan untuk orang yang ingin 'membakar lautan'. Kemudian, "Papait Nu Amis" trek yang berawalan santai tapi berakhir amburadul.
"Limpeur" dalam bahasa Indonesia adalah kecerobohan. "Mireng Leuweung" yang ditempatkan sebagai soundtrack Prabu Siliwangi sewaktu memasuki Hutan Sancang alias OTW menghilang.
Terakhir, "Parat" atau kelewatan yang sudah terlalu parah, sebuah trek penutup istimewa yang mengandung bass line tebal juga terdapat skit dialog antara Xin Lie dengan temannya dari Karangpawitan, Garut yang bercerita soal monopolo hasil kebun di kota itu yang di mana para petani semakin miskin, sedangkan pengimpor pangan semakin kaya raya.
Pre-order album S/T Xin Lie sudah dapat dilakukan mulai 24 Oktober Hingga 10 November 2024. Format kaset dan CD akan dirilis via Studio Kuantum (7 Desember 2024), sementara untuk vinyl akan dirilis via Dance Data (7 Januari 2025). Pre-order bisa dilakukan di website that.web.id. Album ini akan dirilis secara penuh di platform musik digital pada, 21 Januari 2025.
| Baca juga: Band Ini Rilis Single Baru Usai Personelnya Selamat dari Penyakit Otak Kronis |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id