Kami merangkum tujuh fakta menarik seputar grup ini, yang mungkin saja belum diketahui khalayak. Berikut ulasannya!
1. Awalnya dari Teater
Payung Teduh bisa dibilang lahir secara spontan. Awalnya, Mohammad Istiqamah Djamad alias Is dan Comi Aziz Kariko bermusik untuk kebutuhan teater di kampus mereka Universitas Indonesia. Mereka berdua juga sering bermusik di area kampus, salah satu lokasi yang cukup ikonik menjadi tempat nongkrong Payung Teduh masa awal adalah Kantin Sastra, Universitas Indonesia. Dalam perkembangannya, pendengar mereka semakin banyak dan nama mereka semakin tenar. Perlahan namun pasti, Payung Teduh bukan saja milik anak-anak Universitas Indonesia. Mereka melakukan ekspansi ke industri musik secara nyata.
2. Asal Muasal Nama
Nama “Payung Teduh” ternyata bukan datang dari personel. Nama itu muncul dari teman mereka, Chacha, yang pada waktu itu seorang mahasiswa Fisip Universitas Indonesia. Chacha menyarankan nama “Payung Teduh” untuk grup ini, karena nama itu dianggap mewakili perasaan dan nuansa dari musik yang dibawakan.
3. Lagu Terinspirasi Sore
Lagu Menuju Senja yang terdapat dalam album Dunia Batas ditulis Is karena terinspirasi lagu Setengah Lima dari grup musik Sore. Setengah Lima sendiri merupakan lagu yang terdapat dalam album kedua Sore, Ports of Lima.
Is merespons lirik “Mati suri di taman,” dari lagu Setengah Lima dengan lirik “Ada yang mati menunggu sore menuju senja.”
4. Tentang Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan
Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan merupakan lagu yang terdapat dalam album Dunia Batas. Lagu itu ditulis Is karena terinspirasi saat melihat istri dan anaknya terlelap pada pukul setengah tiga pagi.
Momen itu lantas diabadikan Is lewat lirik, “Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya.”
5. Album Dunia Batas
Album Dunia Batas menjadi album monumental dalam sejarah musik independen di Indonesia. Album yang dirilis pada tahun 2012 ini diproduseri oleh Mondo Gascaro. Dunia Batas juga dirilis di bawah label yang didirikan Mondo bersama Istrinya, Sarah, yaitu Ivy League Music.
Album ini memuat delapan track, termasuk lagu-lagu ikonik Resah, Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan, Angin Pujaan Hujan dan Menuju Senja.
6. Tentang Akad
Setelah cukup lama tidak merilis materi baru, pada pertengahan 2017 Payung Teduh merilis Akad. Singel ini bisa dibilang sukses menarik perhatian. Ditandai dengan viralnya di media sosial dan terus diputar di berbagai tempat. Versi cover lagu ini juga membanjiri situs YouTube. Namun, siapa sangka lagu Akad awalnya bukan lagu andalan Payung Teduh.
Lagu ini menuai kontroversi, tidak lain karena Payung Teduh menghadirkan aransemen yang berbeda. Mereka mulai bereksperimen dengan bebunyian yang lebih luas dan melibatkan banyak unsur elektronik. Tidak seperti karya-karya sebelumnya.
Is dalam lagu ini tidak hanya mengisi vokal, dia juga bermain bass menggantikan Comi yang berhalangan.
7. Is Keluar
Selasa (14/11/2017) usai menggelar konser tunggal perdana dalam pentas musik Liztomani di Gedung Kesenian Jakarta, Is mengumumkan keluar dari Payung Teduh. Kabar ini mengejutkan mengingat mereka sedang dalam posisi di atas angin, dilihat dari segi popularitas.
Is menegaskan dia hengkang bukan karena masalah pertengkaran dengan personel lain. Melainkan karena visi yang berbeda dalam menjalankan grup yang dibentuknya itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News