Petra Sihombing (Foto: instagram @petra_sihombing)
Petra Sihombing (Foto: instagram @petra_sihombing)

Petra Sihombing Nggak Ngejar Viral, Tapi Lagunya Gak Pernah Gagal

Agustinus Shindu Alpito • 14 Oktober 2025 17:34
Jakarta: Di tengah industri musik yang bergerak cepat dan penuh tekanan untuk menciptakan lagu viral, Petra Sihombing justru memilih jalur yang lebih tenang. Ia percaya bahwa kejujuran dalam berkarya lebih penting daripada sekadar mengikuti tren sesaat.
 
Pendekatan ini membuat musisi berusia 33 tahun itu tumbuh menjadi salah satu sosok penting di dunia musik pop Indonesia. Ia tidak terburu-buru, tidak pula sibuk menghitung peluang pasar.
 
Kecintaannya pada musik dimulai sejak kecil, jauh sebelum panggung besar dan sorotan publik. Saat usianya baru tujuh tahun, ia sudah belajar bermain drum. Dari sana, rasa cintanya terhadap musik tumbuh pelan-pelan. Kemudian beralih ke gitar, lalu piano, dan akhirnya mulai menulis lagu sendiri. Meski sempat bercita-cita menjadi arsitek, tetapi arah hidupnya berubah.

Pelantun “Denting” itu memilih “mengarsiteki” suara dan melanjutkan pendidikan musik di Daya Music School dan Institut Musik Indonesia (IMI). Fondasi musikal yang kuat ini menjadi bekal penting ketika ia merilis album solo perdananya pada 2009, sebelum kemudian lebih sering berada di balik layar sebagai produser.
 
Ketika banyak musisi sibuk memikirkan cara agar lagunya bisa cepat meledak di platform digital, pria kelahiran Jakarta ini mengambil langkah berbeda. Ia tidak tertarik membuat lagu hanya untuk menyenangkan pasar.
 
Mindset-nya gue gak usah bikin buat siapa-siapa dulu. Gue bikin musik buat gue dulu,” tuturnya dalam podcast Shindu’s Scoop melalui kanal YouTube Medcom yang diunggah pada 13 Oktober 2025.
 
Menariknya, justru dari karya yang sangat personal itu, banyak musisi besar datang mengajak bekerja sama. Nama-nama seperti Vidi Aldiano, Kunto Aji, Hindia, hingga Dere menjadi bagian dari perjalanan panjangnya sebagai produser.
 
Sebagai produser, Petra juga tidak pernah merasa dirinya pusat dari proses kreatif. Ia melihat musik sebagai kerja kolektif.
 
“Kalau ada yang kurang, kita saling nutupin,” ucapnya.
 
Baginya, kekuatan lagu bukan soal siapa yang paling hebat, melainkan bagaimana semua orang dalam ruangan bekerja sama menciptakan sesuatu yang utuh. Filosofi ini membuat studionya bukan sekadar tempat produksi, tetapi ruang aman bagi musisi untuk bereksperimen dan berkembang.
 
Ia pun meyakini bahwa di tengah banyaknya pilihan gaya musik, kekuatan utama sebuah karya tetap terletak pada cerita.
 
“Sekarang kita bisa pilih palet musik apa aja. Tapi yang bikin beda itu cerita,” katanya. Menurut Petra, lirik dan narasi adalah elemen yang membuat lagu punya identitas.
 

 
(Maulia Chasanah)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan