“Gue inget jaman MSN dulu. Waktu bikin album ini, gue inget obrolan-obrolan sama temen di MSN. Seperti Senang Ok, Sedih Gpp,” ujarnya dalam podcast Shindu’s Scoop melalui unggahan di channel YouTube Medcom.
Dari situlah gaya lirik pria berusia 33 tahun ini terbentuk dan mengalir apa adanya. Hal itu tercermin dari judul albumnya, Senang Ok, Sedih Gpp. Apa yang dulu hanya status online, kini menjadi identitas musiknya.
Sementara itu, inspirasi Petra tak hanya datang dari kenangan digital. Ia juga banyak belajar dari dua musisi, yaitu Tulus dan Hindia.
“Mereka berdua sangat membuka pikiran gue. Tulus dan Hindia menunjukkan bahwa lirik bisa ditulis dengan cara yang berbeda, tapi tetap punya kekuatan,” ungkapnya.
Menurut pelantun hit “Istimewa” ini, keduanya memiliki karakter yang berbeda.
“Tulus masih kuat poetik Melayunya, sementara Hindia melampaui batas biasa. Tapi keduanya menyampaikan hal yang personal dari sudut pandang berbeda,” jelasnya.
Awalnya, Petra lebih fokus pada aspek teknis musik. Namun, seiring waktu, ia menemukan bahwa lirik bisa dieksplorasi seperti alat musik.
“Lirik bisa gue eksplor seperti gue beli pedal baru. Bisa ditambah chorus, flanger, reverb, atau diatur agar berubah di detik tertentu,” katanya.
Bagi Petra, lirik juga menjadi sarana mengekspresikan diri.
“Gue orang yang tidak terlalu ekspresif. Mukanya cenderung flat. Lewat lirik, gue bisa ngomong lebih banyak,” pungkasnya.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id