Hampir setiap perusahaan rekaman atau label saat ini memiliki lini bisnis manajemen artis. Sebuah bisnis yang rasanya tak lazim dilakukan label pada era analog dulu.
Sebagai gambaran, tarif penyanyi atau grup musik yang sedang mencapai titik puncak karier bisa menembus angka Rp100 juta per satu konser. Bayangkan jika sang penyanyi atau grup musik itu mendapat puluhan panggung dalam satu bulan.
Itu baru uang dari panggung. Manajemen artis berhak mengutip hasil dari artis yang menjadi bintang iklan produk yang nilainya tak kalah fantastis. Besarnya presentase uang yang dikutip manajemen artis bervariasi, tergantung kesepakatan. Bisa 30 persen atau lebih. Tergantung fasilitas yang ditawarkan oleh pihak manajemen artis.
Warner Music Indonesia, perusahaan rekaman yang memiliki jaringan internasional turut serta dalam bisnis manajemen artis. Toto Widjojo, Managing Director Warner Music Indonesia mengakui bahwa pendapatan label dari divisi manajemen artis terbilang besar. Bahkan, jadi salah satu pemasukkan utama selain penjualan musik dalam format fisik atau digital.
“Pendapatan off-air itu tinggi sekali, manajemen Kotak ada di Warner Music. Dari sisi pendapatan off-air dan promosi (endorsement), Itu hampir sama dengan penjualan fisik dan digital,” ujar Toto saat ditemui Metrotvnews.com di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (14/3/2016).
Kotak bisa dibilang satu-satunya band rock terbesar Indonesia yang tergabung dalam label skala besar. Tak heran jika Toto menyebut pendapatan Kotak dari penjualan album fisik dan digital masih besar. (Baca: Manajemen Artis jadi Solusi Label Musik Bertahan).
"Kotak besar sekali, Kotak band rock yang eksis dan sangat luar biasa sekali animo fan sampai hari ini. Album terakhir terjual ratusan ribu. Hampir sepuluh platinum (satu platinum 50 ribu kopi). Itu hanya dari fisik. Kami belum hitung dari RBT (Ring Back Tone), full track download dan digital lainnya, itu angkanya jutaan aktivasi. Ada beberapa singel (yang laris dijadikan RBT), dari ratusan ribu sampai jutaan aktivasi per lagu, itu data di tahun 2015.”
Kembali ke soal manajemen artis yang dikelola label, salah satu yang diuntungkan dengan adanya sistem ini adalah para produk yang ingin menjadikan musisi sebagai ikon mereka. Tren pada masa ini membuat produk tak hanya “meminjam” visual artis untuk dipajang dalam iklan pada majalah dan koran.(Baca: Kata Buluk Superglad Soal Label Kelola Manajemen Artis).
Tetapi juga sosok sang artis secara keseluruhan, termasuk gaya bermusiknya yang dianggap sesuai target pasar dari produk itu. Dengan adanya manajemen artis yang dikelola label. para produk yang berminat bisa dikatakan tinggal mengarahkan apa keinginan mereka dan dana yang disepakati. Sisanya hal itu akan diatur oleh label yang bersangkutan.
Setiap genre musik ada lingkarannya, saya pengin menghardirkan musik yang itu saja. Ini segar tetapi respons dari Kerabat Kotak dan musisi lain senang karena ini musik yang segar.
“Yang membedakan antara kami dan manajemen artis di luar label adalah mitra dan pihak ke-tiga bisa one stop shopping. Kalau dulu mitra mau kerjasama dengan artis, ribet karena rekaman si artis dengan siapa, panggung dengan manajemen lain. Kalau sekarang kami tangani semua, karena mitra pada saat ini tidak hanya minta promosi, tetapi minta dibuatkan jingle dan lainnya,” jelas Toto.
Dengan semakin menjanjikannya uang yang diterima label dari jasa pengelolaan karier si artis, Toto tidak menampik bahwa pihaknya dan mungkin juga label besar lain akan semakin fokus ke bidang ini. (Baca: Perusahaan Rekaman Rambah Manajemen Artis, Ideal?)
"Dalam beberapa tahun terakhir kami memang fokus ke manajemen artis. Sejak tiga sampai empat tahun lalu. Dan itu jadi pendapatan menjanjikan,” tutup Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id