"Lagu ini sebenarnya saya buat untuk istri saya sejak dua dekade lalu, tapi selalu tertunda," ungkap James saat jumpa pers via Zoom, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Lebih dari sekadar lagu cinta, “Seribu Tahun Cahaya” menjadi simbol perjalanan hidup dan rasa syukur James setelah berhasil melewati masa kritis akibat kanker. Ia mengaku, dukungan penuh dari keluarga membuatnya kembali bersemangat untuk berkarya.
"Setelah melewati masa kritis karena kanker, istri dan anak saya merawat saya dengan penuh kesabaran. Sebagai ungkapan syukur, saya merasa harus segera merilis lagu ini," tuturnya.
Tiga Versi, Tiga Bahasa
Keistimewaan lain dari “Seribu Tahun Cahaya” adalah versi rilisnya yang hadir dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Jepang. Untuk versi Indonesia dan Inggris, James mempercayakan vokal kepada Claudia Emmanuela Santoso, penyanyi asal Indonesia yang menorehkan prestasi di ajang The Voice of Germany.Sementara versi Jepang dinyanyikan oleh Meilody Indreswari, musisi peraih penghargaan Bintang Radio Tingkat Nasional.
Menariknya, James membuat setiap versi lagu "Seribu Tahun Cahaya" dengan nuansa musik berbeda, yang disesuaikan olehnya dengan karakter budaya dari masing-masing negara.
"Untuk yang bahasa Indonesia saya memasukan beberapa sampling karakter musik kolintang dan angklung. Sedangkan versi Inggris, menghadirkan nuansa musik elektronik pop dan Jepang ada musik dari instrumen Koto (alat musik petik) dan Shakuhachi (alat musik seperti seruling)," tutur James.
Daftarkan Hak Cipta di Amerika Serikat
James juga mengungkapkan bahwa dirinya sempat merasa gundah untuk mendaftarkan Hak Cipta lagu ini di Indonesia karena sistem yang menurutnya masih terkesan carut-marut. Akhirnya, ia pun memilih untuk mendaftarkannya di Copyright Office, Washington DC, Amerika Serikat."Karena saya masih bingung apakah lagu ini masuk dalam industri musik Indonesia yang masih carut marut menurut saya. Akhirnya saya memilih untuk mendaftarkan di copyright office di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai sebuah karya fix-sasi lagu," ujar James.
Lagu "Seribu Tahun Cahaya" juga menjadi bentuk pernyataan James terhadap perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) dan menjadi alasan dirinya untuk merilis lagu tersebut pada tahun ini.
"Itu adalah gambaran dari eksperimen saya sebelum zaman akan dikuasai oleh AI (kecerdasan buatan). Itulah kenapa alasan saya harus segera merilis tahun ini, karena AI sebentar lagi merebut pekerjaan banyak orang," ungkap James.
"Saya ingin menjelaskan kepada publik bahwa 'Ini loh, manusia masih membuat karya seperti ini' bukan AI," tegasnya.
Raih Rekor MURI
Dalam sesi jumpa pers ini, hadir pula Pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Jaya Suprana, yang memberikan apresiasi atas pencapaian James F. Sundah."Sejak masa remaja saya sudah mengagumi beliau. Ini adalah lagu eksistensialis sekaligus non-eksisrensialis. Saya merasa di sana ada getaran sukma yang berbicara," tutur Jaya.
Menurutnya, James F. Sundah adalah sosok pertama di Indonesia yang berhasil menduniakan lagu berbahasa Indonesia ke dalam tiga bahasa sekaligus, dan memperoleh Hak Cipta terbanyak di mancanegara.
"Beliau adalah orang pertama yang menduniakan lagu yang dialihbahasakan dalam tiga bahasa yang memperoleh hak cipta terbanyak di mancanegara," tutupnya.
Atas prestasi tersebut, lagu “Seribu Tahun Cahaya” dianugerahi Rekor MURI sebagai Mahakarya Kebudayaan dalam bidang seni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id