Rino Dezapaty, pendiri dan pemimpin Riau Rhythm, mengungkap bahwa pemerintah pusat telah hadir dalam memberikan ruang kepada seniman musik tradisi dalam 10 tahun terakhir, tepatnya pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Namun ternyata, pemerintah daerah tidak melakukan hal yang serupa.
"Di era 10 tahun belakangan, era presiden saat ini, negara sudah mulai hadir kepada kebudayaan. Kesempatan itu malah tidak sinergi dengan daerah," ungkap Rino Dezapaty kepada Medcom.id, melalui sambungan telepon, pada Jumat, 10 Mei 2024.
Menurutnya, pemerintah daerah harus sadar bahwa para seniman, khususnya musik tradisi, harus diberikan ruang untuk berkarya. Salah satunya dengan menggelar sebuah acara setiap tahunnya.
"Daerah harusnya menangkap bahwa SDM seniman di daerah itu juga harus diberi ruang. Nggak mesti ngasih uang setiap bulan, (tapi) bikinkan event setahun tiga kali atau dua kali," ucap Rino.
| baca juga: Riau Rhytm Gelar Tur Amerika Serikat |
Ia menilai bahwa dengan begitu, para seniman musik bisa memiliki tujuan dan motivasi dalam berkarya. Hal itu juga yang bisa menjadi kemajuan karier mereka ke depan.
"Mereka punya tujuan manggung dan motivasi seniman di daerah yang membuat percaya diri dan membuat portofolio dan akhirnya mereka bisa maju," ujar Rino.
Pasalnya, ia menyampaikan bahwa para seniman musik daerah itu masih belum bisa konsisten untuk berkarya, terutama karena masalah ekonomi. Tentu saja kesediaan panggung untuk mereka menjadi salah satu kendala utama saat ini.
"Kendalanya sekarang ini, tidak semua festival atau event yang bisa musik seperti kita (berbasis tradisi)," tutur Rino.
Ia memberikan apresiasi kepada festival atau acara musik yang memberikan panggung terhadap musik berbasis tradisi, seperti Synchronize Festival. Rino juga menyampaikan bahwa seharusnya Indonesia bangga bisa memiliki para seniman musik berbasis tradisi. Namun kembali ke masalah utama, jarang sekali ada pihak yang memberikan mereka panggung untuk berkarya.
"Harusnya ini menjadi kebanggan Indonesia, bahwa musik Indonesia ini selain kita juga grup-grup lain yang suaranya bagus-bagus. Cuman panggungnya belum dapet gitu," ujar Rino.
Sementara itu, Riau Rhythm yang menganut musik berbasis tradisi pun mengalami hal serupa. Namun Rino mengatakan bahwa Riau Rhythm telah membuat panggungnya sendiri sejak 2009 silam.
"Beda dengan Riau Rhythm, kita mencoba membuat panggung dari 2009 kita sudah kemana-mana, membuat tur, kita membuat panggung sendiri," kata Rino.
Ia berharap bahwa pemerintah harus hadir dalam membantu para seniman musik berbasis tradisi ke depannya. Selain itu, Rino juga meminta pemerintah daerah bisa melakukan hal yang seperti pemerintah pusat.
"Harapannya negara sudah mulai hadir buat kebudayaan, seniman, dan lain-lain. Pemerintah daerah harusnya sinergi gitu," pungkas Rino.
Riau Rhythm merupakan grup musik yang kerap memberikan sentuhan sejarah dan kebudayaan Indonesia ke dalam karya musiknya dari awal kariernya pada 2001 silam. Salah satu karya yang terkenal mereka adalah album Satelite Of Zapin yang dirilis pada 2004 silam.
Meski memilih musik berbasis tradisi, perjalanan karier Riau Rhythm tidak hanya di Indonesia saja. Grup musik tersebut telah berkeliling dunia untuk memperkenalkan musik Indonesia kepada negara lain.
Contohnya, seperti pada 2023 lalu, Riau Rhythm mendapatkan kesempatan untuk tampil di Old Town School of Folk Music di Chicago, Jersey City Theatre Centre di Newarks, dan New York. Mereka juga telah manggung di Eropa, India, hingga Korea Selatan.
Dalam waktu dekat pun Riau Rhythm dikabarkan akan menjalani dua tur di Eropa. Salah satunya dengan konser Riau Rhythm di Prancis pada Oktober mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
