Dalam wawancara terbaru, musisi legendaris ini mengungkapkan bahwa proses pembuatan album ini membawanya pada refleksi mendalam tentang hidup dan kematian.
Dalam episode terbaru podcast Smartless yang dirilis khusus untuk pelanggan pada 25 Maret tepat di hari ulang tahunnya yang ke-78, Elton John membagikan pengalaman emosionalnya saat mengerjakan lagu terakhir di album tersebut. Ia mengaku bahwa lagu tersebut memiliki makna yang sangat personal karena liriknya yang berkaitan erat dengan kematian.
“Saya sedang menulis bagian verse dan berpikir, ‘Lagu ini terdengar indah,’” ujar John.
baca juga: |
“Lalu saya sampai di bagian chorus dan menyadari bahwa lagu ini sebenarnya berbicara tentang kematian saya sendiri,” lanjutnya.
John kemudian mengungkapkan bahwa seiring bertambahnya usia, ia semakin sering merenungkan tentang waktu yang tersisa dalam hidupnya.
“Saat mencapai usia seperti saya, yang terasa hampir 100 tahun, Anda mulai berpikir, ‘Berapa lama lagi saya punya waktu?’” ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa pikirannya langsung tertuju pada keluarganya suaminya, David Furnish, serta kedua putranya, Zachary dan Elijah.
“Saat memikirkan semua itu, saya benar-benar menangis selama 45 menit,” tambahnya.
Proses rekaman album ini didokumentasikan dalam film Elton John: Never Too Late, yang tayang perdana pada Oktober lalu dan mendapatkan banyak pujian. Lagu “Never Too Late” yang menjadi judul film ini juga akan masuk dalam album Who Believes in Angels? dan sebelumnya sempat dinominasikan sebagai Lagu Orisinal Terbaik di Academy Awards.
Brandi Carlile, yang turut berkontribusi dalam album ini, mengungkapkan bahwa momen emosional tersebut terekam secara natural dalam film dokumenter.
“Saya ingin semua orang melihatnya karena itu sangat manusiawi penuh emosi, terkadang canggung, dan benar-benar jujur,” kata Carlile.
Selain membahas album terbarunya, dalam podcast tersebut Elton John juga mengenang perjalanan awalnya sebagai musisi solo. Ia mengungkapkan bahwa pada awal kariernya, ia tidak pernah membayangkan akan menjadi penyanyi solo.
“Saat masih di grup Bluesology, saya akhirnya mengambil risiko besar dengan pergi ke Liberty Records dan berkata, ‘Saya ingin menulis lagu. Saya sudah lelah bermain di band yang tidak memiliki arah, dan saya juga bisa bernyanyi,’” kenangnya.
(Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News