ilustrasi -- ANT/Ari Bowo Sucipto
ilustrasi -- ANT/Ari Bowo Sucipto

Ekspresi dalam Cerita Bergambar

Dimas Prasetyaning • 05 Agustus 2015 17:22
medcom.id, Jakarta: Bagi anda yang mengalami masa kecil di tahun 1980-an hingga 1990-an, pasti mengenal komik Petruk-Gareng karya Tatang Suhenra atau komik Si Buta Dari Gua Hantu karya Ganes Thiar Santosa. Anda pasti setuju jika keduanya merupakan komikus termasyhur pada zamannya.
 
Sayangnya tahun 1990-2000, dunia perkomikan Indonesia tampak beralih dari peredaran. Hal ini dapat dikaitkan dengan gencarnya judul-judul komik Jepang yang masuk ke dalam pasaran.
 
Komik Indonesia sebenarnya tidak benar-benar mati. Di tengah gencaran beragam komik asing di Indonesia, beberapa komikus muda berhasil memanfaatkan sosial media sebagai wadah untuk berkarya sekaligus mencari keuntungan.

Salah satunya yaitu Adimas Bayu, seorang komikus dari sebuah komikstrip bernama Masdimboy. Komik Masdimboy tayang secara digital melalui media sosial Facebook.
 
"Zaman dulu, komik Indonesia itu susah banget ditemuin daripada komik Jepang dan Amerika. Sekali ada yang bagus dan seru ceritanya, tetapi pas kita tungguin kelanjutan episodenya berbulan-bulan kok ceritanya itu ngegantung," tutur Adimas kepada Yovie Widianto saat taping program IDEnesia.
 
Menurutnya, para komikus tersebut tidak melanjutkan ceritanya karena ada masalah dengan penerbitnya. Padahal, jika ingin memasarkan komik lebih mudah melalui media sosial.
 
Pendapat tersebut diamini Sweta Kartika, seorang komikus lulusan DKV ITB. Komikus yang sudah sejak kecil hobi membuat komik ini telah menerbitkan satu karya komiknya yang berhasil meraih perhatian banyak orang berjudul The Dreamcatchers.
 
Sweta menjelaskan, bahwa media sosial sangat berperan penting memajukan komikus muda kita. Sekaligus memperkenalkan komikus Indonesia ke dunia internasional.
 
"Para kreator lokal kita sekarang sedang bangkit-bangkitnya dengan memanfaatkan instagram, twitter, facebook dan membuat portal sendiri untuk mengenalkan diri dan go international. Dari pada harus dengan penerbit dan dipusingkan dengan banyak faktor, seperti kesiapan dari sisi konten dan lain-lain," terang Sweta
 
Perekonomian Indonesia, menurut Sweta, sangat berpotensi di dunia digital. Disamping itu, pembaca sekarang lebih suka tipe komik strip yang sekali baca selesai karena materinya ringan.
 
"Benny and Mice dan Doyok yang suka tayang di koran, salah satu komik strip terkenal. Ternyata semua orang bisa menikmatinya. Saya pun berpikir, kenapa saya tidak membuat yang seperti itu saja. Jadi orang yang belum baca komik saya sebelumnya, bisa tahu ceritanya," ujar Sweta.
 
Sebagai komikus Indonesia, Adimas dan Sweta berharap pemerintah lebih memperhatikan komikus muda. Sehingga bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri.
 
Ingin tahu lebih lengkap perbincangan Yovie Widianto dengan komikus muda Adimas dan Sweta? Simak dalam program IDEnesia di Metro TV pada Kamis (6/8/2015) pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan