Produser album kompilasi Dia Atas Rata - Rata generasi I, Erwin Gutawa dan Gita Gutawa -- MI/Ramdani
Produser album kompilasi Dia Atas Rata - Rata generasi I, Erwin Gutawa dan Gita Gutawa -- MI/Ramdani

Panggung Seni Indonesia

Anggi Tondi Martaon • 16 Maret 2016 15:50
medcom.id, Jakarta: Baru-baru ini, Indonesia dibanggakan dengan prestasi yang ditorehkan pianis cilik Joey Alexander saat menjadi nominasi penghargaan musik Gramy Award. Ini menjadi bukti, bahwa talenta anak bangsa di bidang seni sangat menabjubkan.
 
Melalui ajang pencarian bakat dalam bidang musik 'Diatas Rata Rata', Erwin Gutawa dan Gita Gutawa mencoba mencari bakat musik dari anak-anak Indonesia. Keduanya yakin, Indonesia mampu melahirkan bibit-bibit luar biasa yang perlu dikembangkan dan diapresiasi.
 
"Awalnya project berangkat dari keyakinan berdua, bahwa kita melihat anak-anak Indonesia banyak sekali yang hebat karena era yang berubah, referensi lebih banyak, punya kesempatan sekolah musik, dan segala macam," kata konseptor project Diatas Rata-Rata Gita GUtawa kepada Yovie Widianto dalam program IDEnesia.

Erwin Gutawa mengamini, bahwa Panggung Seni Indonesia saat ini telah berbeda. Maka, ia pun menggelar audisi Diatas Rata-Rata dengan sistem jemput bola, dimana pihaknya mendatangi berbagai sekolah musik di beberapa daerah.
 
"Kita canangkan mencari sesuatu yang memiliki kualitas musik dengan bernyanyi. Kita yang jemput bola dengan mendatangi sekolah dan guru musik. Itu cukup menyenangkan," kata Erwin.
 
Panggung Diatas Rata Rata ke-2 saat ini baru digelar ‎di dua kota, yaitu Jakarta dan Bandung. Namun, anak-anak dari daerah lain tetap bisa mengikuti audisi dengan mengirimkan penampilan bakatnya melalui internet dan sebagainya.
 
Salah satu komposer terbaik Indonesia ini berharap, konsep yang digagas bersa‎ma anaknya itu bisa menyasar dan menjaring bakat bermusik anak-anak hingga wilayah timur Indonesia. Walaupun ia baru bisa melaksanakan seleksi di wiayah barat Indonesia karena berabgai keterbatasan.
 
"Saya yakin Indonesia memiliki banyak bakat, tapi saya belum punya kemampuan untuk datang ke Ambon atau Indonesia bagian timur untuk melihat langsung. Sementara ini kita masih mencari di Indonesia bagian tengah dan barat," ucap Erwin.
 
Menurut Erwin, permasalahan saat mendidik anak-anak bukanlah terkait teori bermusik. Namun, justru waktu yang selalu menjadi kendala.
 
"Orang dewasa bisa kapan saja, tapi anak-anak harus menyesuaikan dengan waktu. Harus menunggu waktu mereka pulang sekolah atau les, dan sebagainya," ujar Erwin sambil tertawa.‎
 
Erwin dan Gita telah merancang sebuah konsep bagi anak-anak yang terpilih Diatas Rata-Rata. Mereka tidak hanya diasah kemampuan bermusiknya, tapi duet bapak dan anak itu juga mewadahi anak-anak Diatas Rata-Rata dengan sebuah konser.
 
"Pada konser nanti, kita tidak hanya menyiapkan musiknya saja. Kita juga menyiapkan blocking, karena anak-anak ini tidak hanya tampil sekedar menyanyi solo, mereka juga akan tampil sebagai grup," ujar Erwin.
 
Sementara itu, sutradara sekaligus pendiri Teater Keliling, Rudolf Puspa, punya cara sendiri untuk menggaet anak-anak muda berkesenian, yakni dengan mengajak mereka terlibat dalam pertunjukan. Kelompok Teater Keliling pun telah berhasil meraih berbagai prestasi, salah satunya memecahkan rekor penampilan teater dengan 1.600 pertunjukan di seluruh Indonesia dan 11 negara.
 
Teater Keliling, ujar Rudolf, didirikannya karena terinspirasi kelompok Teater Dardanila yang lebih dulu melakukan hal sama. Rudolf pun berpikir, ‎dirinya harus bisa melakukan hal yang sama.
 
"Karena membaca sejarah teater Indonesia, ada Teater Dardanila tahun 1942 bisa keliling Indonesia. Saya pikir, zaman perang saja bisa, kita sudah merdeka harusnya bisa," kata Rudolf.
 
Kecintaan Rudolf terhadap teater turun kepada anaknya Dolfri Indrarsri yang kini memimpin Teater Keliling. Dolfri beranggapan, teater dapat berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan Indonesia.
 
"Teater itu penting, terutama tema pendidikan ‎yang sekarang menjadi visi Teater Keliling, ada karakter building, mental, dan emosi. Seni mampu melakukan itu, karena seni menggunakan hati, bukan logika," kata Dolfri.
 
Penasaran dengan cerita lengkap Erwin Gutawa, Gita Gutawa, serta Teater Keliling? Saksikan perbincangan Yovie Widianto dengan ketiganya dalam Program IDEnesia pada Kamis (16/12/2014) pukul 22.30 WIB di Metro TV.
 
Ikuti pula kuis dari IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya. Ada bingkisan menarik bagi para pemenangnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan