James Freddy Sundah, penulis sejumlah lagu hit, antara lain Lilin-Lililin Kecil, September Ceria, menceritakan bahwa sejarah musik Indonesia mencatat talenta-talenta kita yang berkelas dunia.
“Harvey Malaiholo juara Bintang Radio di Indonesia. Saya waktu itu sebagai juri, Harvey juara tahun 1982, karena juara kemudian dikirim ke Tokyo untuk mengikuti kompetisi lagu pop tingkat dunia, World Popular Song Festival. Dan dia dapat juara juga, dia menang Grand Prize juara satu. Tahu juara duanya siapa? Utusan Kanada, namanya Celine Dion,” kata James penuh semangat, saat ditemui Metrotvnews.com di Rolling Stone Cafe, Jakarta Selatan.
Sayangnya, prestasi-prestasi itu tak lantas menjadi jaminan hidup bagi musisi Indonesia.
“Sekarang pertanyaannya Harvey di mana? Celine Dion di mana (posisi kariernya)? Jangan sampai generasi itu terulang pada generasi Joey Alexander. Itulah talenta kita, selalu luar biasa.”
Harvey kini berusia 54 tahun. Meski popularitasnya tak sebesar dulu, Harvey masih kerap tampil dalam ragam acara musik, terlebih yang mengusung tema nostalgia.
Di sisi lain, Celine Dion, penyanyi yang dikalahkan Harvey di ajang World Popular Song Festival 1982, melejit kariernya sebagai salah satu penyanyi top dunia.
Celine bahkan membawakan salah satu soundtrack paling ikonik sepanjang masa, My Heart Will Go On, yang terdapat dalam film Titanic.
.jpg)
Harvey Malaiholo (Foto: MI/Susanto)
James juga mengutarakan pandangannya tentang dunia musik Indonesia yang hingga saat ini pun menurutnya belum bisa disebut "industri." Hal itu bisa dibilang sebagai jawaban sulitnya musisi Indonesia, terlebih mereka yang telah berkarier selama puluhan tahun untuk terus mempertahankan karier dan hidup dari musik.
"Indonesia belum punya industri musik, dari zaman saya main musik sama Yockie Suryoprayogo (era 1970-an), sampai sekarang. Di kita, musik saling 'membunuh.' Saya telah melakukan riset, dan melihat potensi Indonesia yang mati itu ada empat; musik legenda, musik tradisional, musik anak-anak, dan musik indie. Kalau diibaratkan, tamannya bagus tetapi saling himpit-himpitan tempat," urai James.
Saat ini, James tinggal di New York, Amerika Serikat. Dia menjalankan bisnis pengelolaan karya musik, termasuk soal hak cipta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News