Jumpa pers film Foxtrot Six di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 13 Februari 2019. (Foto: Medcom.id/Cecylia Rura)
Jumpa pers film Foxtrot Six di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 13 Februari 2019. (Foto: Medcom.id/Cecylia Rura)

Produser Keberatan Film Foxtrot Six Diberi Rating 21+

Cecylia Rura • 13 Februari 2019 22:34
Jakarta: Mario Kassar, produser film Foxtrot Six keberatan film yang dipayunginya mendapat rating 21+ di Indonesia. Dia merasa penilaian sensor itu kurang tepat.
 
"Saya ingin bertanya dengan kalian di sini, yang banyak menonton film lokal di sini. Hari ini pihak saya mendapat kabar bahwa Lembaga Sensor Film (LSF) memberi rating 21+ untuk film ini. Dan saya rasa itu sedikit berlebihan," kata Mario Kassar membuka topik soal sensor film dalam jumpa pers di XXI Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu 13 Februari 2019.
 
"Saya rasa film ini tidak harus (dapat rating) 21+. Saya melihat banyak film lain yang lebih bengis, ini bukan film kasar," imbuh Mario.

Sejak awal ketika menggandeng Mario Kassar, pengikut film Rambo tentu telah memiliki bayangan bagaimana kemasan film drama aksi ini. Film sebengis Rambo besutan Mario, untuk di luar negeri mendapat pun mendapat rating PG atau Parenting Guide kategori sekitar 15+ dan 16+, mengutip laman iMDb.
 
Sepakat dengan Mario, produser Manoj Punjabi pun mempertanyakan kualifikasi sensor film menentukan rating usia penonton.
 
"Saya setuju sekali ada pertanyaan, ini debat, ini 21+, jadi kadang ini yang selalu saya bilang kita harus pertanyakan kriteria kita apa. Terus 21+, oke kalau beberapa adegan atau beberapa syut harus dibuang saya mengerti, tapi kan 17 tahun, kalau ini di luar negeri mungkin 13 tahun Parental Guidance (PG). Jadi 13 tahun ke atas dengan bimbingan orangtua kalau di luar negeri film begini di Amerika," timpal Manoj.
 
Tampak Mario cukup kesal dengan keputusan rating usia penonton Foxtrot Six. Dia bahkan menyatakan regulasi tersebut dapat menghambat perfilman perkembangan film Indonesia dan kesempatan dilirik produksi film Hollywood.
 
"Juga satu ide untuk membuat film ini adalah mendatangkan (nuansa) Hollywood ke Indonesia. Sekaligus membawa film Indonesia dalam taraf film internasional. Ketika film ini mendapat rating 21+, Anda membuang kesempatan untuk (dilirik) Hollywood (untuk) datang dan melakukan sesuatu di sini, maksud saya, hanya film magic seperti Disney yang bisa (lolos) di sini, ini tidak masuk akal," ucap Mario.
 
Manoj kembali menimpali, mencontohkan film Mile 22 produksi Hollywood tayang di Indonesia mendapat rating kurang dari 21+. Dia berpendapat, film Indonesia seperti terkekang dengan aturan sensor film yang kurang jelas.
 
"Contohnya ada film Mile 22, film asing. Ini pemainnya diperankan oleh Mark Wahlberg sama Iko (Uwais). Nah, itu berapa tahun? Kalau itu 17+. Ini (Foxtrot Six) kenapa (21+)? Awalnya saya bilang enggak beda jauh in terms of action, mungkin ini pertanyaan, Anda introspeksi saja. Kalau memang kita benar, ya sudah kita terima. Tapi kalau memang enggak, Anda merasa perlu enggak ini (kebijakan sensor film) dibicarakan atau dibahas," tukas Manoj.
 

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan