Foto: Chicco Jerikho / Metrotvnews.com / Triyanisya
Foto: Chicco Jerikho / Metrotvnews.com / Triyanisya

Belajar Arti Kopi lewat "Filosofi Kopi"

Agustinus Shindu Alpito • 07 April 2015 18:07
medcom.id, Jakarta: Kopi memang tak bisa dipisahkan dari gaya hidup kaum urban. Kopi pun memiliki makna yang lebih luas dari sebuah minuman berwarna coklat kehitaman dengan rasa pahit. Lebih jauh, kopi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
 
Di kota-kota besar, "ngopi" menjadi aktivitas yang bergengsi. Kedai kopi yang membanderol harga sampai Rp50 ribu untuk secangkir kopi pun menjadi tempat nongkrong favorit. Lepas dari soal esensi kopi itu sendiri.
 
Di tengah-tengah tren ngopi yang semakin mendarah-daging, film "Filosofi Kopi" hadir. Film yang diangkat dari cerita pendek karya Dewi Lestari yang dibuat pada 1996 ini seolah meluruskan arti kopi sebenarnya.
Belajar Arti Kopi lewat Filosofi Kopi
"Filosofi Kopi" memang film pop dengan drama dan konflik yang sebenarnya sederhana. Tetapi, kemasan "kopi" yang kuat sebagai palang koridor cerita menjadi hal yang patut disimak.

Melalui riset panjang, baik secara historis juga teknis. "Filosofi Kopi" bukan sekedar film omong kosong. Penonton diajak untuk menyelami arti kopi lebih dalam dari sekadar pengetahuan yang secara umum sudah diketahui.
 
Salah satunya adalah sebuah adegan pelelangan kopi, meracik kopi dengan dedikasi tinggi, juga sempalan sejarah kopi di Indonesia.
 
Kopi dalam "Filosofi Kopi" adalah roh dari cerita dua sahabat, Ben (Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto). Mereka berdua mendirikan kedai kopi bernama Filosofi Kopi.
 
Meski bersahabat, keduanya memiliki pola pikir bertolak belakang. Ben yang kukuh dengan idealismenya soal kopi, Jody selalu menakar segala sesuatunya dari kacamata rupiah.
 
Sama seperti cerita asli "Filosofi Kopi", sebuah tantangan untuk meramu kopi paling enak se-Indonesia pun mereka jalani. Namun, semakin mendalami "ilmu" per-kopi-an, Ben yang bertindak sebagai barista justru semakin bergulat pada dirinya sendiri. 
 
Menemukan ramuan kopi paling enak berujung pada penemuan Ben akan sosok dirinya sendiri. 
 
Beberapa karakter sisipan yang tidak terdapat pada cerita pendek pun dihadirkan guna membangun plot yang pantas untuk sebuah layar lebar. El (Julie Estelle) karakter tambahan dalam "Filosofi Kopi" menjadi warna tersendiri dalam film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko itu.
Belajar Arti Kopi lewat Filosofi Kopi
Secara teknis, tidak ada masalah dalam film ini. Pengambilan gambar yang mapan dengan nuansa warna natural membuat penonton terasa teduh untuk menikmati film ini. Terlebih, soal lagu latar yang sangat menyatu dengan film. Mulai dari "Kisah Secangkir Kopi" dari Robi Navicula, hingga "Semesta" dari Maliq & D'Essentials sangat harmoni menyusup ke adegan, juga visual.
 
Sebelum menjalani proses syuting, pemeran utama dalam film ini menjalani sekolah barista selama dua bulan. Hal itu dilakukan untuk membangun wawasan dan penghayatan para pemain akan filosofi kopi sebenarnya. 
 
Sentilan-sentilan kecil pun terselip pada dialog film ini, seperti soal kedai kopi internasional yang ekspansif dan buka 24 jam. Juga sindiran untuk penikmat kopi "palsu" yang lebih mendahului untuk memotret dan mengunggah foto kopi yang baru disajikan barista, ketimbang menyeruput untuk merasakan nikmatnya.
 
"Filosofi Kopi" tayang mulai 9 April 2015. Film dengan biaya produksi di kisaran Rp10 miliar ini melibatkan beberapa aktor kawakan, di antaranya Slamet Rahardjo dan Jajang C. Noer. Saran Metrotvnews.com, jangan beranjak dari bangku bioskop sebelum credit title diputar sampai benar-benar habis.
Belajar Arti Kopi lewat Filosofi Kopi
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AWP)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan