Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung mendapat kesempatan untuk menyaksikan film ini secara eksklusif dalam format one day screening. Acara pemutaran film ini berlangsung pada Kamis malam, 6 Juni 2025, di CGV Grand Indonesia, hasil kolaborasi antara Beggars Indonesia dan Matador Records.
Tak hanya menyuguhkan penampilan akustik QOTSA yang minimalis dan penuh atmosfer, penonton juga disuguhkan cuplikan behind the scenes yang memperlihatkan proses panjang perencanaan, latihan, serta tantangan teknis sebelum konser benar-benar digelar di lokasi ikonik tersebut. Film ini direkam pada Juli 2024 dan disutradarai oleh Thomas Rames, diproduksi oleh rumah produksi ternama La Blogothèque, dan dirilis oleh QOTSA bersama Matador Records.
Catacombs of Paris sendiri merupakan lorong-lorong bawah tanah sepanjang lebih dari 320 kilometer, yang menyimpan tengkorak serta tulang-belulang jasad manusia dari abad ke-18.
Michael Shumman, bassis dari QOTSA pun mengatakan bahwa lokasi konser ini bukan sekadar latar, melainkan karakter utama dalam film tersebut.
"Ini bukan cuma soal lagu-lagunya, tapi soal tempat ini. Tempat ini yang jadi karakternya. Tempat ini bintang utamanya," tutur Shumman dalam sesi behind the scenes film tersebut.
Ia juga mengungkap bahwa proyek ini telah dirancang selama hampir dua dekade. QOTSA pun menjadi musisi sekaligus seniman pertama yang secara resmi diizinkan tampil di lorong penuh sejarah tersebut oleh pemerintah dari Paris, Prancis.
"Semua ini butuh perencanaan yang matang. Seperti yang gue bilang, ini sebenarnya udah dirancang selama hampir 20 tahun," lanjutnya.
QOTSA Menampilkan Setlist Spesial dalam Format Akustik String

(Foto: Dok. Basuki Rachmat)
Dalam film Alive in the Catacombs, para personel QOTSA yang kini digawangi oleh Joshua Homme (vokal), Michael Shuman (bass), Troy Van Leeuwen (gitar), Dean Fertita (piano), dan Jon Theodore (drum) menampilkan enam track dalam setlist yang dikemas secara akustik string penuh atmosfer.
Mereka turut menggandeng tiga musisi berbakat, yakni Arabella Bozic (biola), Cecile Lacharme (cello), dan Christelle Lassort (viola), yang memperkaya aransemen dengan sentuhan orkestra yang halus namun berhasil menambahkan kesan dark dan suasana creepy.
Penampilan dibuka dengan lagu “Running Joke”, di mana vokalis Joshua Homme menyuguhkan vokal penuh penjiwaan, disambut alunan instrumen minimalis yang memperkuat nuansa emosional.
Tak lama, penampilan dilanjutkan dengan lagu “Kalopsia” dari album ...Like Clockwork (2013). Aransemen lagu ini mengalami transformasi besar menjadi lebih kelam, depresif, dan menyeramkan. Suasana horor yang kental itu muncul berkat penggunaan instrumen tak lazim seperti rantai dan sumpit yang di ketukkan di perumakaan batu, serta piano listrik Dean Fertita yang dinyalakan menggunakan aki mobil yang menambahkan kesan raw dan minimalis dalam film ini.
Josh dan kawan-kawan juga membawakan sejumlah hit mereka seperti "Villains of Circumstances", "Suture Up Your Future", "I Never Came", dan ditutup secara menggugah lewat lagu "This Lullaby".
"Kita tampil se-minimal mungkin karena tempatnya juga emang sesederhana itu. Musiknya jadi ikutan minimal, liriknya juga jadi lebih sederhana. Bakal kelihatan konyol banget kalau kita maksa tampil nge-rock di sana. Kita nggak bisa maksa tempat ini ikut kita, justru kita yang harus nurut sama energi tempat ini," ungkap Joshua Homme.
Joshua Homme Sempat Kembali Mengalami Masalah Kesehatan

(Foto:Dok.Basuki Rachmat)
Dalam sesi behind the scenes, film Alive in the Catacombs tak hanya memperlihatkan proses kreatif di balik layar, tetapi juga menggambarkan kondisi fisik sang vokalis, Joshua Homme, yang tengah berjuang melawan penyakitnya.
Diketahui, Homme sempat didiagnosis mengidap kanker pada tahun 2022 dan menjalani serangkaian operasi pada tahun berikutnya. Namun, padatnya jadwal tur dan proses syuting yang saat itu berlangsung selama beberapa hari membuat kondisi fisiknya kembali menurun.
Situasi tersebut sempat membuat Michael Shuman ragu untuk melanjutkan proyek ini. Melihat Josh yang tengah sakit, ia merasa khawatir dan sempat mempertimbangkan untuk menghentikan proses produksi.
"Sebenarnya gue nggak terlalu ingin lanjut, tapi gue kenal dia lebih dari siapa pun, dan gue tahu banget dia nggak akan pernah mau batalin ini," ungkap Michael Shumman.
Shumman kemudian menambahkan bahwa Josh adalah tipe musisi yang memiliki dedikasi dalam bermusik, terlepas dari rasa sakit yang tengah ia rasakan. Terlebih momen untuk tampil di Catacombs telah ditunggu olehnya selama hampir 20 tahun.
"Gue tahu, sesakit apa pun dia, dia pasti bakal tetap maju demi ngelakuin sesuatu yang spesial kayak gini. Dan gue tahu, ini berarti banget buat dia, juga buat kami semua," lanjut sang bassis.
Bassis QOTSA itu pun mengganggap justru kondisi yang dialami oleh rekannya itu menambahkan nilai pengahayatan yang lebih natural, mengena, dan menggambarkan rasa sakit itu sendiri. Selaras dengan latar Catacombs yang menggambarkan nuansa dark dan kematian.
"Iya sih, gue juga ingin semuanya terjadi dalam kondisi yang lebih ideal. Tapi justru karena keadaannya kayak gini, semuanya jadi terasa lebih nyata. Lagu-lagu yang kita pilih, rasa sakitnya justru makin terasa dalam kondisi (Homee sakit) kayak sekarang," tutupnya.
Sementara itu, Dean Fertita menganggap kalau momen ini bukan cuma soal tampil di tempat bersejarah, tapi juga soal menangkap satu titik emosional dalam hidup mereka yang tidak akan terjadi untuk kedua kali.
"Kalau lo kenal Josh kayak gue kenal dia, lo pasti tahu justru inilah waktu yang paling pas buat bikin sesuatu yang kayak gini. Karena ini bukan soal cari sensasi, kita lagi berusaha menangkap satu momen bersejarah. Dan kemungkinan besar, momen kayak gini nggak bakal terulang lagi," ujar Dean Fertita.
Ia juga menambahkan bahwa rasa sakit yang tengah dirasakan oleh Josh saat itu di tengah syuting bukanlah gimmick, dan hal itulah yang membuat penampilan film ini jadi lebih emosional.
"Jadi inilah momennya. Gue tahu dia lagi berjuang dengan rasa sakit, dan itu bukan pura-pura. Itu sakit beneran, kesedihan yang juga nyata. Rasanya manis sekaligus pahit, tapi gue bersyukur kita bisa mengabadikan momen ini," tutupnya.
Queens Of The Stone Age Tunda Tur Setelah Proses Syuting
Sebulan setelah proses syuting Alive in the Catacombs berlangsung, tepatnya pada Agustus 2024, kondisi kesehatan Josh Homme makin menurun. Ia harus dilarikan ke rumah sakit, yang akhirnya memaksa Queens of the Stone Age menunda seluruh rangkaian tur mereka di Amerika Serikat.
Tur yang awalnya dijadwalkan berlangsung di akhir 2024 itu pun resmi diundur ke tahun 2025, demi memberi waktu bagi Josh untuk fokus menjalani perawatan dan kemungkinan operasi lanjutan.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id